Senin, 03 November 2014

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN TASAWUF DALAM ISLAM (pointer pertemuan 9 10 dan 11


PERTUMBUHAN TASAWUF DALAM ISLAM
(Pointer utk pertemuan ke 9, 10 dan 11)
Pola hidup yang dipraktekan oleh Nabi Muhammad SAW adalah pola hidup ZUHUD,
Dimasa hidup Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya tidak mengenal pola hidup tasawuf, yang dikenal hanya pola hidup zuhud.
Pola hidup zuhud adalah pintu awal untuk memasuki kehidupan tasawuf , sehingga para ahli menyebut bahwa Tasawuf Islam bersumber dari al qur’an dan al hadist.
ZUHUD, yaitu suatu sikap hidup yang meninggalkan kelezatan kehidupan duniawi yang sementara lagi fana karena menginginkan kelezatan ukhrawi yang lebih baik dan lebih kekal.
Zuhud ada 3 tingkatan :
  1. Tingkat permulaan : yakni orang yang pada lahirnya berzuhud terhadap dunia ini, sedangkan hatinya penuh rindu dan cinta kepadanya (pejuang zuhud)
  2. Tingkat menengah : yakni orang yang meninggalkan nikmat duniawi ini dengan senang hati karena dia memandangnya sebagai sesuatu yang hina tidak berharga jika dibandingkan dengan nikmat di akherat yang lebih bahagia dan kekal
  3. Tingkat tinggi, zuhud di dalam zuhud.
Sebagian ahli mengatakan ,zuhud :
“Hendaklah Anda menolak yg anda miliki,dan bukannya menolak apa yg tidak Anda miliki.Seandainya seseorang tidak memiliki apa apa, maka dalam hal apa dia dipandang sebagai orang berzuhud ? (ahmad Daudy :1998:53)
zuhud merupakan salah satu ajaran agama Islam yang sangat penting dlm rangka mengendalikan diri dari pengaruh kehidupan dunia. Orang zuhud lebih mengutamakan kebahagiaan akherat yg kekal dan abadi daripada mengejar kehidupan dunia yang fana dan sesaat. Ayat-ayat al qur’an yang menjadi landasan untuk zuhud/bertasawuf :
artinya : Katakanlah< Kesenangan dunia ini hanya sebentar/sedikit dan (kehidupan)akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa (an Nisa 77)
Artinya :Apakah kamu puas/rida dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.(At Taubah 38)
Artinya : Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (ali imran 185)
Artinya : sesungguhnya janji janji Allah itu benar , maka janganlah sekali kali kehidupan dunia ini memperdayakan kamu, dan janganlah (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam(mentaati ) Allah.(luqman :33)
Artinya : Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan,perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga bangga tentang banyaknya harta dan anak (al Hadid: 20)
Orang yang zuhud akan terpelihara dari melakukan perbuatan yang tidak baik dan selalu melakukan yang baik-baik saja dimana saja dia berada , hadis Nabi :
Artinya : Jika kamu melihat seseorang yang telah dianugerahi sifat zuhud dalam dirinya dan selalu lurus sikapnya, maka dekatlah orang itu, karena orang itu yang telah meyakini hikmah (abudin Nata:2012:198)
Artinya : Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah); bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.(al Baqarah 186)
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.(Qaf :16)
Artinya” Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai (al a’raf 205)

PERTEMUAN KE 10
Perkembangan Tasawuf dalam Islam
(Pointer utk pertemuan ke 10):
Perekembangan tasawuf pada abad pertama  dan kedua hijrah ditandai dengan ciri-ciri sbb:
  1. Tidak mengenal istilah tasawwuf yang dikenal hanya istilah zuhud /pola kehidupan zuhud
  2. Para sahabat hanya tersebar pada beberapa kota yang tidak jauh dari kota Madinah ,misalnya Makkah, Kuffah, Basrah, dll.
  3. Ajaran zuhud atau tasawwuf masih murni belum bercampur/terpengaruh oleh kebudayaan atau agama lain.
  4. Dari segi ibadat yang tampak dalam berbagai zikir  dan shalat sunat.
  5. Segi akhlak terlihat pada kesungguhan serta keikhlasan berpegang teguh pada sikap tawakal  yang kemudian telah berkembang menjadi akhlak para sufi pada umumnya
  6. Diakhir abad kedua kehidupan zuhud telah berkembang beralih ke kehidupan tasawuf.,Yang sebab itu ilmu fiqh terpecah menjadi dua, yaitu ilmu fiqh dan ilmu tasawuf.
  7. Pada zaman ini ilmu fiqh dan ilmu tasawuf diamalkan secara bersamaan dan dipandang sebagai  suatu kesatuan  yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran dan tuntutan syari’at.( Ahmad Daudy :1998:34) Ilmu fiqh membahas masalah  hukum syariat yang berkenaan dgn anggota lahir seperti sholat,puasa zakat ,haji dan sebagainya, sedangkan ilmu tasawuf membahas rahasia syariat atau makna –makana rohani dari syariat  yang berlaku pada hati sepereti riya, ihlas, khusyu’, tamak, rakus, angkuh dan sebainya.
MAQAM & HAL (AHWAL)
A.      Maqam ialah :
1.       kedudukan atau tahapan dimana para sufi berada .
2.       Jalan panjang yang harus ditempuh  oleh para sufi untuk berada dekat Allah
3.       Tangga
4.       Tempat berdiri/ pangkal mulia
Tangga /kedudukan (maqam) tersebut hanya akan dicapai oleh seorang sufi berkat usahanya yang sungguh-sungguh,penuh ketekunan dan kesabaran., Sehingga Maqamat  juga merupakan bagian akhlak para sufi yang mereka amalkan secara disiplin dan penuh ketekunan dan penghayatan secara mendalam dalam kehidupan sehari hari
Maqam tersebut al :
1.       zuhud  : meninggalkan keinginan kepada sesuatu yang lebih rendah untuk mengikuti kenginan yang lebih baik.
Al Junaid berkata : zuhud adalah keadaan pada saat tangan kosong dari pemilikan, dan hati dari ambisi (Al Kalabadzi (terjemahan) Ajaran Kaum sufi :1985:115)
2. al taubah  : memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguh sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut yang di sertai dengan melakukan amal kebajikan .
      Ibrahim al Daqqaq berkata : Tobat berarti bahwa engkau harus menghadap Tuhan tanpa berbalik lagi, bahkan jika sebelumnya ebgkau telah berbalik dari Tuhan tanpa menghadap kembali ( Al Kalabadzi : ajaran Kaum sufi,Terjmahan. 1985;114,
3. al wara’: (sholeh) : menjauhkan diri dari perbuatan dosa dalam pengertian sufi, wara adalah : meninggalkan segalah yg di dalamnya terdapat keragu raguan antara halal dan haram (subhat)
 4. kefakiran : “bahwa hati kosong dari apa yang ada di tangan”,artinya bukanlah seseorang itu memiliki sedikit harta, tetapi ia merupakan suatu sikap batin yang berwujud tidak ada keinginan kepada kekayaan duniawi,(Dr.Ahmad Daudy: Kuliah Ilmu Tasawuf 1998:53)
      An Nuri berkata : Fakir adalah : orang yang harus bungkan ketika dia tidak memiliki sesuatu dan bermurah hati serta tidak hanya memikirkan dirinya sendiri kalau dia memiliki sesuatu.(Al kalabadzi .Hal118)
5. sabar  : Prof Abudin Nata mengutip pendapat Zun al Nun al Mishry,mengatakan bahwa ,Sabar :  menjauhkan diri dari hal hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi tenang ketika mendapatkan cobaan, dan menampakan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran dalam bidang ekonomi (Abudin Nata: Akhlak Tasawuf 1999 :200)
      Sahl, berkata : firman Tuhan yang berbunyi :Minta tolonglah kamu dengan kesabaran dan shalat,mengandung arti :mintalah pertolongan Tuhan dan bersabarlah dengan perintah dan takdir Tuhan. (Al Kalabadzi ;1985:116)
6. Tawakal : Tawakal(menyerahkan diri): menyerahkan diri kepada keputusan Allah ,selamanya dlm keadaan tentram, jika mendapat pemberian berterima kasih, jika mendapat apa apa bersikap sabar dan menyerah kepada qada dan qadar Allah. Tidak memikirkan hari esok, cukup dgn apa yg ada utk hari ini, tidak mau makan jika ada orang lain yg lebih berhajat pd makanan tersebut daripada dirinya. Percaya kpd janji Allah.menyerah kepada Allah dengan Allah dan karena Allah.
7. Kerelaan :(suka, senang) :hati kita gembira atas takdir Allah yang berlaku atas diri kita.
Rabia al adawiyah : seorang baru dipandang ridla apabila dia senang terhadap musibah yang menimpanya seperti dia gembira terhadap nikmat yg diperolehnya.
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para sufi ttg kerelaan( ridla) ada yang mengatakan bahwa maqam ridla /kerelaan adalah merupakan maqam dan ada sebagian yg mengatakan merupakan HAL>
Tanda tawakal ialah rela atas takdir Allah



B. HAL/AHWAL:
Ialah karunia atau pemberian Allah kepada seorang sufi sebagai hasil dari usahanya. Ahwal terkadang diberikan dan terkadang tidak diberikan ,tergantung sepenuhnya atas kehendak Allah.
Ahwal merupakan karunia rohani Allah kepada para sufi yg dikehendaki-Nya dalam wujud pengalaman bathin, sehingga tidak dapat dijelaskan karena sangat bersifat “emosional rohani” yang membatin yg tidak dapat tertangkap sepenuhnya oleh bahasa atau kata-kata.
Sifat dari ahwal : bersaifat sementara, datang dan pergi,.
Hal/ahwal ada beberapa:1.khauf(takut) 2.tawadlu(rendah hati) 3.mahbba 4.raja’ 5.murahkobah. 6. syauq 7. taqwa 8. ikhlas 9. gembira hati (al wajd) 10. as sukr .

TOKOH – TOKOH TASAWUF PADA ABAD I DAN II H
A.      Masa sahabat:  
1.       Abubakar ash shiddiq
2.       Umar bin khatab
3.       Usman bin affan
4.       Ali bin abi Thalib       
5.       Salman al Faarisiy
6.       Abu Dzarr Al Ghifary
7.       Ammar bin Yaasir
8.       Hudzaifah bin Al yaman
B.      Masa Tabi’in :
1.       Hasan Bashry
2.       Rabi’ah Al Adawiyah
3.       Sufyan Tsaury
4.       Daud ath Thaaiy
5.       Syaqieq al Balkhiy

Di bawah ini disampaikan beberapa kisah yang merupakan akhlak mereka dan dianggap sebagai bentuk ajaran/sikap tasawuf (zuhud) mereka dalam memandang kehidupan ;
1.       Abubakar ash shidd
Wafat thn 13 H, ketika di Mekkah adalah saudagar kaya raya, tetapi ketika beliau Hijrah ke Madinah harta kekayaannya habis untuk dihibahkan semua untuk kepentingan perjuangan menegakan Agama Allah, sehingga Ia dan keluarganya mengalami kemiskinan dalam hidupnya (Drs.Mahjuddin,Kuliah aklak Tasawuf:1991:61)
2.       Umar bin khatab (wafat tahun 23 H)
Suatu ketika Umar mendapatkan seorang Ibu yang berpura-oura memasak untuk menenangkan tangis anak-anaknya yang sangat lapar. Ketika Umar menyelidikinya, ia melihatnya bahwa yang dimasak itu adalah batu, maka beliau bertanya kepada ibu itu : mengapa anda tidak memasak roti,hanya memasak batu ? jawab si ibu, saya tidak mempunyai gandum. Seketika itu pula Umar pulang pulang dengan cepat mengambil gandum di Baitul Maal, kemudian ia sendiri yang memikulnya untuk diberikan kepada ibu yang miskin tadi.(Drs.Mahjuddin Ibid)
3.       Usman bin affan (wafat Tahun 35 H)
Meskipun ia diberi kelapangan rezki oleh Allah, namun ia selalu ingin hidup yang sederhana. Sedangkan hartaa kekayaaannya yang berlimpha ruah, selalu dijadikan sarana untuk menolong orang-orang miskin.(ibid)
4.       Ali bin abi Thalib ((wafat Tahun 40 H)
Ketika sahabat yang lain berkata kepadanya: mengapa Khalifah senang memakai baju itu, padahal sudah robek-robek? Ali menjawab, aku senang memakainya agar menjadi tauladan kepada orang banyak, sehingga mereka mengerti bahwa hidupsederhana merupakan sikap yang mulia.(ibid)
5.       Salman al Faarisiy
6.       Ketika masih beragama Masehi, Ia sudah dikenal sbg orang yang sangat arif dan mengetahui secara mendalam ilmu ilmu gaib. Ia pernah meramalkan akan datangnya seorang Rasul yg terakhir (Yaitu Muhammad),Ia pun tergolong ahli zuhud orang orang masehi yg sering mengembara ke berbagai negeri dgn cara hidup miskin, padahal ia adalah seorang putera dari penguasa yg kaya raya di suatu negeri, dan keteka bertemu Rasulullah beliau pun masuk Islam dan tergolong “ahlush Shuffah” yg selalu mengamalkan ajaran zuhud.(ibid : 62)
7.       Abu Dzarr Al Ghifary
Ia adalah seorang sufi yang selalu mengamalkan ajaran zuhud yg telah dirintis oleh Abu Bakar dan Umar. Ia lebih senang memilih cara hidup miskin dan tidak pernah merasa menderita bila ditimpa cobaan.salah satu pernyataannya adaalah :
Artinya: sesungguhnya saya tlh menjadi (orang sadar);bhw kemiskinan itu lebih kusukai darpada kekayaan, kesakitan itu lebih kusenangi dari kesehatan, dan kematian itu lebih kusukai daripada kehidupan
1.       Al Hasan Al Bashry (hidup tahun 22 H – 110 H)
Dia mendapatkan ajaran tasawufnya dari sahabat Hudzaifah Al Yaman. Hasa bashry adalah tokoh sufi yang memiliki ilmu yang dalam, ajarannya yang terkenal adalah tawakal,  Khauf (takut) ,dan  Raja” (mengharapkan ) .

2.        Rabi’ah al adawiyah (wafat Tahun 185 H)
Ia terkenal sebagai sufi wanita yang mempunyai banyak murid dari kalangan wanita pula.
Ajarannya : Hub (cinta) dan Syauq ( rindu) kepada Allah. Salah satu pernytaannya adalah sbb;
Artinya : saya tidak menyembah Allah karena takut kepada neraka Nya dan tidak pula tamak (untuk mendapatkan) syurga;(karena hal itu) akan menjadikan saya seperti imbalan yang berakhlak buruk (ketahuilah),nahwa saya menyembahNya karena cinta dan rindu kepadaNya.
Secara ringkas ajaran MAHABAH dari Rabi’ah Al Adawiyah adalah sebagai berikut :
Pengertian Mahabbah:
-          Mahabah : kecintaan yang mendalam secara rohani kepada Tuhan.
-          Mahabah : merupakan hal (keadaan) jiwa yg mulia yg bentuknya adalah disaksikannya (kemutlakan) Allah SWT oleh hamba, selanjutnya yg dicintai itu juga menyatakan cinta kepada yang dikasihi-Nya dan yg seorang hamba mencintai Allah swt. (al qusayiri dlim Abudin Nata hal;208)
Prof.DR.Harun Nasution :mahabah adalah cinta dan yg dimaksud ialah cinta kpd Tuhan. Sehingga cakupan pengertian Mahabah adalah meliputi :
  1. Memeluk kepatuhan pada Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-Nya
  2. Menyerahkan hati dari segala-galanya kecuali dari yang dikasihi yaitu Tuhan.
  3. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari yang dikasihi yaitu Tuhan.(Harun Nasution :1983:70)
Mahabah : suatu keadaan jiwa yg mencintai Tuhan sepenuh hati, sehingga yg sifat-sifat yg dicintai (Tuhan) masuk ke dalam diri yg dicintai. Tujuannya adalah utk memperoleh kesenangan batiniah yg sulit dilukiskan dgn kata-kata, tetapi hanya dpt dirasakan oleh jiwa.
Mahabah selalu berdampingan dengan ma’rifat baik dari sisi tingkatan maupun pengertiannya. Ma’rifah merupakan tingkat pengetahuan kepada Tuhan melalui mata hati (al-qalb),maka Mahabah adalah perasaan kedekatan dengan Tuhan melalui cinta (roh).
Al –ghazali : mahabah itu adalah manifestasi dari ma’rifah kepada Tuhan.
Bentuk Mahabbah:
Bentuk mahabah (cintah Allah ) kepada hamba-Nya dapat mengambil bentuk :
  1. Iradah
  2. Rahmah dlm bentuk pahala yg melimpah
Alat untuk mencapai Mahabbah:
Al qusyairi sebagaimana dikutip oleh Harun Nasutioan,menyebutkan bahwa alat utk mencapai ma’rifah oleh seorang sufi adalah disebut SIR .
Di dalam diri manusia ada 3 alat yg dipergunakan utk berhubungan dgn Tuhan:
  1. Al qalb: hati sanubari sbg alat utk mengetahui sifat-sifat Tuhan
  2. Roh sebaga alat untuk mencintai Tuhan
  3. Sir alat utuk melihat Tuhan
SIR lebih halus dari roh ., Roh lebih halus dari qalb
Kelihatannya SIR bertempat di roh dan roh bertempat di qalb
Mahabbah menurut Al Qur’an:
Paham mahabah mendapat tempat dalam al qur’an . Antara manusia dan Tuhan dapat saling bercinta misalnya : surat Ali Imran ayat 30. Artinya : Jika kamu cinta kepada Allah,maka turutilah aku dan Allah akan mencintai kamu (ali Imaran :30)
Al mai’dah ayat 54., yang artinya : Allah akan mendatangkan suatu ummat yang dicintaiNya dan yang mencintaiNya.
Juga dalam hadist Nabi Muhammad SAW :
Artinya : Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dgn perbuatan-perbuatan hingga Aku cinta padanya. Orang yg Kucintai menjadi telinga,mata dan tangan-Ku (abudin Nata :218)
Ayat dan hadist di atas menunjukkan bahwa manusia dan Tuhan dpt saling mencintai,karena alat utk mencintai Tuhan adalah Roh, roh berasal dari Allah.
Ayat dan hadist di atas menjelaskan bhw pada saat terjadi mahabah, diri yang dicintai telah menyatu degan yang mencintai yag digambarkan dalam telinga, mata dan tangan Tuhan. Dan untuk mencapai keadaan tersebut dilakukan dengan amal ibadah yg dilakukan dengan sungguh-sungguh.(Abudin Nata,1996 :218)
(masih ada sambungan , sabar tunggu yah)



Sabtu, 18 Oktober 2014

CARA KEPALA DAERAH KORUPSI UANG NEGARA


DIKUTIP DARI LAMAN VIVANEWS:

Minggu, 29 April 2012 | 05:15 WIB
Nasional
18 Cara Kepala Daerah Korupsi Uang Negara
Ratusan kepala daerah diketahui telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.

VIVAnews - Ratusan kepala daerah telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Miliaran uang negara dikorupsi oleh mereka. Αda yang sudah divonis dan ada yang masih dalam proses persidangan
Kepala Bagian Perancangan Peraturan Biro Hukum KPK, Chatarina Muliana memaparkan modus yang digunakan kepala daerah dalam mengemplang uang negara mengacu pada kasus yang telah ditangani oleh lembaga pemberantas korupsi itu.
Tak tanggung-tanggung, Chatarina melansir, ada sekitar 18 modus yang digunakan kepala daerah mengkorupsi uang negara.
Pertama, pengusaha menggunakan pengaruh pejabat pusat untuk membujuk kepala daerah atau pejabat daerah untuk mengintervensi proses pengadaan dalam rangka memenangkan pengusaha, meninggikan harga atau nilai kontrak, dan pengusaha tersebut memberikan sejumlah uang kepada pejabat pusat maupun daerah.
"Kedua, pengusaha mempengaruhi kepala daerah atau pejabat daerah untuk mengintervensi proses pengadaan agar rekanan tertentu dimenangkan dalam tender atau ditunjuk langsung, dan harga barang atau jasa dinaikkan kemudian selisihnya dibagikan," kata Chatarina pada acara Pelatihan Jurnalistik Investigasi dan Konferensi Kota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Denpasar, di Gedung Kadin Bali, Sabtu 28 April 2012.
Modus ketiga, sambung dia, adalah panitia pengadaan barang membuat spesifikasi barang yang mengarah ke merk atau produk tertentu dalam rangka memenangkan rekanan tertentu dan melakukan mark up harga barang atau nilai kontrak.
Keempat, yakni kepala daerah atau pejabat daerah memerintahkan bawahannya untuk mencairkan dan menggunakan dana atau anggaran yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, kemudian mempertanggungjawabkan pengeluaran dimaksud dengan menggunakan bukti fiktif.
Kelima, memerintahkan bawahannya menggunakan dana daerah untuk kepentingan pribadi koleganya atau untuk kepentinfan diri sendiri, kemudian mempertanggungjawabkan pengeluaran itu dengan menggunakan bukti fiktif, bahkan menggunakan bukti yang kegiatannya fiktif juga.
Keenam, kepala daerah menerbitkan peraturan daerah sebagai dasar pemberian upah pungut atau honor dengan menggunakan dasar peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang tidak berlaku lagi.
Ketujuh, pengusaha, pejabat eksekutif dan pejabat legislatif daerah bersepakat melakukan ruislag atas aset pemda dan melakukan mark down atas aset pemda serta mark up atas aset pengganti dari pengusaha rekanan.
"Kedelapan, di mana kepala daerah menerima sejumlah uang jasa (dibayar di muka) kepada pemenang tender sebelum melaksanakan proyek," papar Chatarina.
Kesembilan, kepala daerah menerima sejumlah uang dari rekanan dengan menjanjikan akan diberikan proyek pengadaan.
Sepuluh, kepala daerah membuka nomor rekening atas nama kas daerah dengan specimenpribadi (bukan pejabat dan bendahara yang ditunjuk) dengan maksud untuk mempermudah pencairan dana tanpa melalui prosedur.
Sebelas, kepala daerah meminta atau menerima jasa giro atau tabungan dana pemerintah yang ditempatkan pada bank.
Dua belas, kepala daerah memberikan izin pengelolaan sumber daya alam kepada perusahaan yang tidak memiliki kemampuan teknis dan finansial untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Tiga belas, kepala daerah menerima uang atau barang yang berhubungan dengan proses perizinan yang dikeluarkannya.
Empat belas, kepala daerah, keluarga atau kelompoknya membeli lebih dulu barang dengan harga yang murah kemudian dijual kembali kepada instansinya dengan harga mark up.
Lima belas, kepala daerah meminta bawahannya untuk mencicilkan barang pribadinya menggunakan anggaran daerah.
Enam belas, di mana kepala daerah memberikan dana kepada pejabat tertentu dengan beban kepada anggaran dengan alasan pengurusan Dana Alokasi Umum/Dana Alokasi Khusus (DAU/DAK).

Tujuh belas, kepala daerah memberikan dana kepada DPRD setempat dalam proses penyusunan APBD.
Terakhir, kepala daerah mengeluarkan dana untuk perkara pribadi dengan beban anggaran daerah"Itu modus yang digunakan kepala daerah dalam mengorupsi uang negara dari kasus yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap yang ditangani KPK," kata mantan Jaksa Penuntut Umum KPK itu. (eh)


Jumat, 17 Oktober 2014

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF DAN TAREKAT DI INDONESIA

     Selasa, 26 Juni 2012
SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF DAN TAREKAT DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang dianut kurang lebih dua ratus juta orang di asia tenggara, yang berpusat di sebuah kepulauan muslim yang tersebar mulai dari Thailand Selatan melalui Malaysia dan Indonesia dan sampai bagian utara Brunai Darussalam dan Filipina Selatan. Ada banyak teori yang ditawarkan mengenai awal datangnya islam ke Indonesia. Dan begitu juga tarekat (sufisme) di kepulauan ini dengan sebagian besar perdebatan terpusat perihal daerah terjadinya islamisasi yang pertama.[1][1]
Beranjak dari penjelasan tadi penulis persembahkan sebuah makalah (karya tulis) yang berjudul “sejarah perkembangan tasawuf dan tarekat di indonesia”. Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi penulis sendiri.. Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terimakasih, kepada para pembaca. Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga benar-benar bermanfaat.
B.    RMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian tarekat dan tasawwuf?
2.       Apa hubungan tarekat dan tasawuf?
3.       Bagaimanakah perkembangan tarekat dan tasawuf di Indonesia?
4.       Apa pengaruh tarekat dan tasawuf terhadap pemikiran islam di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
1.     Pengertian tasawuf dan Tarekat, serta hubungan antara keduanya
Sebenarnya terjadi perbedaan pendapat mengenai asal mula kata tasawuf, namun kami akan mengambil pendapat yang terbaik berdasarkan apa yang telah penulis pelajari.Secara ethimologi, tasawwuf berasal dari bahasa Arab yaitu kata shuuf  yang berarti bulu. Pada waktu itu para ahli tasawwuf memakai pakaian dari bulu domba sebagai lambang merendahkan diri.[2][2] Sedangkan secara terminologi, para sufi dalam mendefinisikan tasawwuf itu sendiri sesuai dengan pengalaman batin yang telah mereka rasakan masing-masing. Dan karena dominannya ungkapan batin ini, maka menjadi beragamnya definisi yang ada. Sehingga sulit mengemukakan definisi yang menyeluruh.
Dari beberapa defines para sufi, Noer Iskandar mendefinisikan bahwa tasawwuf adalah kesadaran murni (fitrah) yang mengarahkan jiwa yang benar kepada amal dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah sedekat mungkin.[3][3]Tarekat berasal dari bahasa Arab : tarekaq, jamaknya tara’iq. Secara etimologi berarti : (1) jalan, cara (al-kaifiyyah); (2) metode, sistem (al-uslub); (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab)[4][4] Menurut  istilah …tarekat berarti perjalanan seorang saleh (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan. Istilah ini kemudian berkembang menjadi organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khas,[5][5] atau institusi yang menaungi paham tasawwuf .

Dari pengertian diatas, tampaklah pertalian yang sedemikian erat antara tasawwuf dan tarekat, bahwa antara keduanya tampak sulit dibedakan dan tak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain.[6][6] Tasawwuf adalah sebuah ideologi dari institusi yang menaunginya, yaitu tarekat. Atau dengan kata lain, tarekat merupakan madzhab-madzhab dalam tasawwuf. Dan tarekat merupakan implementasi dari suatu ajaran tasawwuf yang kemudian berkembang menjadi sebuah organisasi sufi dalam rangka mengimplementasikan suatu ajaran tasawwuf secara bersama-sama.
2.     Sejarah perkembangan tasawwuf dan tarekat di Indonesia
Penyebaran islam berkembang secara spektakuler di Negara-negara asia tenggara berkat peranan dan kontribusi tokoh-tokoh tasawwuf adalah kenyataan yang diakui oleh hampir mayoritas sejarawan dan peneliti. Hal itu di sebabkan  oleh sifat-sifat dan sikap kaum sufi yang lebi kompromis dan penuh kasih sayang. Tasawuf memang memiliki kecenderungan manusia yang terbuka dan berorentasi cosmopolitan.
Tentang proses pertama masuknya Islam, ada beberapa teori tentang para pelopor dakwah Islam pertama di Indonesia (India, Persia, dan Arab) serta pengaruhnya terhadap dunia tasawuf di tanah air. Berdasarkan fakta sejarah yang akurat, Dr. Alwi memaparkan bahwa para pelopor dakwah Islam pertama di Indonesia berasal dari Arab, dari keturunan Imâm Ahmad ibn ‘Isâ al-Muhâjir al-‘Alawî (cucu Imâm Ja’far ash-Shâdiq).
Kesimpulan ini membantah pandangan yang sudah jamak diketahui bahwa penyebar awal Islam di tanah air adalah pedagang gujarat. India hanya sebagai tempat pemberangkatan orang-orang Arab yang kemudian melanjutkan ke kota Timur Jauh. Terbukti, dari nama kota itu “malibar” sebagai alihan dari kata Arab, ma’bar.[7][7]
Islam di Asia Tenggara mengalami tiga tahap : Pertama, Islam disebarkan oleh para pedagang yang berasal dari Arab, India, dan Persia disekitar pelabuhan (Terbatas). Kedua : datang dan berkuasanya Belanda di Indonesia, Inggris di semenanjung Malaya, dan Spanyol di Fhilipina, sampai abad XIX M; Ketiga : Tahap liberalisasi kebijakan pemerintah Kolonial, terutama Belanda di Indonesia.[8][8] Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra, yang memungkinkan terjadinya perubahan sejarah yang sangat cepat. Keterbukaan menjadikan pengaruh luar tidak dapat dihindari. Pengaruh yang diserap dan kemudian disesuaikan dengan budaya yang dimilikinyam, maka  lahirlah dalam bentuk baru yang khas Indonesia. Misalnya :  Lahirnya tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, dua tarekat yang disatukan oleh Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasy dari berbagai pengaruh budaya yang mencoba memasuki relung hati bangsa Indonesia, kiranya Islam sebagai agama wahyu berhasil memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam berhasil tetap eksis di tengah keberadaan dan dapat dijadikan symbol kesatuan. Berbagai agama lainnya hanya mendapatkan tempat disebagian kecil rakyat Indonesia. Keberadaan Islam di hati rakyat Indonesia dihantarkan dengan penuh kelembutan oleh para sufi melalui kelembagaan tarekatnya, yang diterima oleh rakyat sebagai ajaran baru yang sejalan dengan tuntutan nuraninya.[9][9]
Adapun tarekat-tarekat yang masuk dan berkembang di Indonesia yaitu
1.      Tarekat Qadiriyah.
Qadiriiyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya yaitu Abdul al-Qadir Jailani yang terkenal dengan sebutan Syeikh Abd al-Qadir Jila al-Gawast al-Auliya.beliau lahir di sebuah kota kecil, jailan, thabaristan pada tahun 471 H(1077 M). Tarekat ini menempati posisi yang amat penting dalam sejarah spritualitas Islam, karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal munculnya berbagai cabang tarekat di dunia. Kedati struktur organisasinya baru muncul beberapa dekade setelah kematiannya.
2.       Tarekat Syaziiliyah
Pendirinya yaitu Abu al-Hasan Al-Syadzi>li. Nama legkapnya adalah Ali ibn Abdullah bin Abd Jabbar Abu Al-Hasan alsyadziili.[10][10] Beliau dilahirkan di desa Ghumarra. Terekat ini berkembang pesat antara lain di Tunisia, Mesir, Sudan, suriah dan semenanjung Arabiyah, masuk Indonesia khususnya di Wilayah Jawa tengah dan Jawa Timur.[11][11] Adapun pemikiran pemikiran terkat al-Syaziliyah antara lain : Pertama, Tidak menganjurkan kepada muridnya untuk meninggalkan profesi dunia. Pandangannya mengenai pakaian, makanan dan kendaraan, akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT. Meninggalkannya yang berlebihan akan menimbulkan hilangnya rasa syukur, dan berlebihan dalam memanfaatkan dunia akan membawa kepada kezaliman.[12][12] Kedua, Tidak mengabaikan dalam menjalankan syariat Islam. Ketiga, Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan.. Keempat, Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi Miliuner yang kaya raya, asalkan hatinya tidak tergantung pada harta yang dimilikinya. Seorang boleh saja mencari harta, namun jangan menjadi hamba dunia. Kelima, Berusaha merespon apa yang sedang mengancam kehidupan umat , berusaha menjembatani antara kekeringan spiritual yang dialami oleh banyak orang yang hanya sibuk dengan urusan duniawi. Menurut ajaran tarekat Syaziliyah mudah dalam perkara ilmu dan akal. Ajaran serta latihan–latihan penyucian dirinya tidak rumit dan tidak berbelit-belit. Yang dituntut dari para pengikutnya adalah meninggalkan maksiat, harus memelihara segala yang diwajibkan oleh Allah SWT dan mengerjakan ibadah-ibadah yang disunnahkan sebatas kemampuan tanpa paksaan. Bila telah mencapai tingkat yang lebih tinggi, maka wajib melakukan zikrullah sekurang-kurangnya seribu kali dalam sehari semalam dan juga harus beristigfar sebanyak seratus kali dan membaca shalawat terhadap nabi Muhammad SAW sekurang kurangnya seratus kali sehari semalam.[13][13]



3.      Tarekat Naqsyabandiyah
Pendiri tarekat ini adalah Muhammad bin Muhammad Bah al-Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi. Lahir di Qashrul Arifah.[14][14] Ia mendapat gelar Syah yang menunjukkan posisinya yang penting sebagai pemimpin spiritual. Ia belajar Ilmu Tarekat pada Amir Sayyid Kulal al-Bukhari. Dari sinilah ia pertama belajar tarekat. Pada dasarnya tarekat ini bersumber dari Abu Ya’qub Yusuf al-Hamdani, seorang sufi yang hidup sezaman dengan Abdul Qadir Jailani.[15][15] Pusat perkembangan Tarekat Tarekat Naqsyabandiyah adalah di Asia Tengah, ke Turki, India, Mekkah termasuk ke Indonesia, melalui Jemaah Haji yang pulang ke Indonesia. Dalam perkembangannya mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : Gerakan Pembaharuan dan politik. Penaklukan Makkah oleh Abd al-Aziz bin Saud berakibat besar terhambatnya perkembangan tarekat Naqsabandiyah. Karena sejak saat itu kepemimpinan di Makkah diperintah oleh kaum Wahaby yang mempunyai pandangan buruk terhadap tarekat.
Sejak itu tertutuplah kemungkinan untuk mengajarkan tarekat ini di Makkah bagi Jamaah haji khususnya dari Indonesia yang setiap dari generasi banyak dari mereka masuk tarekat.[16][16]Tarekat Naqsabandiyah mempunyai beberapa tata cara peribadatan, teknik spiritual dan ritual tersendiri, antara lain adalah : Pertama, Husy dar dam , Suatu latihan konsentrasi dimana seorang harus menjaga diri dari kehkilafan dan kealpaan ketika keluar masuk nafas, supaya hati selalu merasakan kehadiran Allah SWT . Kedua, Nazhar bar Qadam, “Menjaga langkah”. Seorang murid yang sedang menjalani khalwat suluk, bila berjalan harus menundukkan kepala , melihat kearah kaki. Dan apabila duduk, tidak memandang ke kiri atau ke kanan. Ketiga, Safar dar wathan.” Melakukan perjalan di tanah kelahirannya”. Maknanya melakukan perjalanan bathin dengan meninggalkan segala bentuk ketidak sempurnaannya sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai mahluk yang mulia. Keempat, Khalwat dari anjuman, ” Sepi di tengah keramaian”. Kelima, Yad krad, ” Ingat atau menyebut”. Berzikir terus menerus mengingat Allah, baik zikir Ism al-Dzat (menyebut nama Allah) maupun zikir naïf Itsbat ( Menyebut La Ilaha Illa Allah )
4.      Tarekat Khalwatiyah.
 Nama tersebut diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang Makassar yaitu Muhammad Yusuf bin Abdullah Abu Mahasin al-Taj al-Khalwaty al-Makassary.[17][17] Sekarang terdapat dua cabang terpisah dari tarekat ini yang hadir bersama kita. Keduanya dikenal dengan nama Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Khalwatiyah Samman. Tarekat Khalwatiyah ini hanya menyebar dikalangan orang Makassar dan sedikit orang bugis. Para khalifah yang diangkat terdiri dari orang Makassar sehingga secara etnis tarekat ini dikaitkan dengan suku tersebut. Beliau yang pertama kali menyebarkan tarekat ini ke Indonesia. Guru beliau Syaikh Abu al- Baraqah Ayyub al-Kahlwati al-Quraisy. bergelar ” Taj al- Khalwaty” sehingga namanya menjadi Syaikh Yusuf Taj al-Khalwaty. Al-Makassary dibaiat menjadi penganut Tarekat Khalwatiyah di Damaskus  Ada indikasi bahwa tarekat yang dijarkan merupakan penggabungan dari beberapa tarekat yang pernah ia pelajari, walaupun Tarekat Khalwatiyah tetap yang paling dominan. Adapun dasar ajaran Tarekat khalwatiyah adalah : Pertama, Yaqza maksudnya kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah SWT. Yang maha Agung. Kedua, Taubah Mohon ampun atas segala dosa. Ketiga, Muhasabah, menghitung-hitung atao introspeksi diri. Keempat, Inabah, berhasrat kembali kepada Allah. Kelima, Tafakkur Merenung tentang kebesaran Allah. Keenam, I’tisam selalu bertindak sebagai Khalifah Allah di bumi. Ketujuh, Firar Lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna. Kedelapan, Riyadah melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya. Kesembilan, Tasyakur, selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memujinya. Kesepuluh, Sima’ mengkonsentrasikan seluruh anggota tubuh dan mengikuti perintah-perintah Allah terutama pendengaran.[18][18]
5.      Tarekat Syattariyah.
Pendirinya tarekat Syaikh Abd Allah al-Syathary. Jika ditelusuri lebih awal lagi tarekat ini sesunggguhnya memiliki akar keterkaitan dengan tradisi Transoxiana, karena silsilahnya terhubungkan kepada Abu Yazid al-Isyqi, yang terhubungkan lagi kepada Abu yazid al- Bustami dan Imam Ja’far Shadiq. Tidak mengherankan kemudian jika tarekat ini dikenal dengan nama Tarekat Isyqiyyah di Iran, atau Tarekat Bistamiyah di Turki Utsmani. Sekitar abad ke lima cukup popular di Wilayah Asia Tengah, sebelum akhirnya memudar dan pengaruhnya digantikan oleh Tarekat Naqsabandiyah. Tarekat Syattariyah menonjolkan aspek dzikir dalam ajarannya. Para pengikut tarekat ini mencapai tujuan-tujuan mistik melalui kehidupan asketisme atau zuhud. Untuk menjalaninya seseorang terlebih dahulu harus mencapai kesempurnaan pada tingkat akhyar (orang yang terpilih) dan Abrar (orang yang terbaik). Ada sepuluh aturan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tarekat Syattariyah ini, Sebagaimana yang di kutip dalam Ensiklopedi Islam yaitu : Tobat, Zuhud, Tawakkal, Qanaah, Uzlah, Muraqabah, Sabar, Ridha, Dzikir dan Musyaahadah (menyaksikan Keindahan, kebesaran dan kemuliaan AllahSWT Dzikir dalam Tarekat Syattariyah terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu : Kesatu, Menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan keagungan-Nya, Kedua, menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan Keindahan-Nya, Ketiga, menyebut nama-nama Allah SWT yang merupakan gabungan dari kedua sifat tersebut.
6.      Tarekat Sammaniyah.
Didirikan oleh Muhammad bin Abdul Karim al-Madani al-Syafi’i al-samman, lahir di Madinah dari keluarga Quraisy. Di kalangan muridnya ia lebih di kenal dengan nama al-Sammany atau Muhammad Samman. Beliau banyak menghabiskan hidupnya di Madinah dan tinggal di rumah bersejarah milik Abu Bakar As-siddiq. Guru–guru beliau Muhammad Hayyat seorang muhaddits di Haramain sebagai penganut tarekat Naqsyabandiyah, Muhammad bin Abdul Wahhab, seorang penentang bid’ah dan praktik-praktik syirik serta pendiri Wahabiyah. Muhammad Sulaiman Al-Qurdi, Abu Thahir Al-Qur ani, Abdul Allah Al-Basri, dan Mustafa bin Kamal Al-Din Al-Bakri. Mustafa bin kamal Al-Din al-Bakri (Mustafa Al-Bakri) adalah guru bidang tasauf dan tauhid dan merupakan Syaikh Tarekat Khalwatiyah yang menetap di Madinah. Samman membuka cabang tarekat Al-Muhammadiyah. Samman belajar tarekat Khalwatiyah, Naqshabandiyah, Qadiriyah, Syadziliyah. Dengan masuk menjadi murid tarekat Qadiriyah ia dikenal dengan nama Muhammad Bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Samman dalam perjalanan belajarnya itu ternyata tarekat Naqsabandiyah juga banyak mempengaruhinya, sementara itu tarekat Syadziliyah juga dipelajari oleh Samman sebagai Tarekat yang mewakili tradisi tasauf Maghribi. Dari beberapa ajaran tarekat yang dipelajarinya, Samman akhirnya meracik tarekat tersebut, termasuk memadukan tekhnik-tekhnik zikir, bacaan bacaan, dan ajaran mistis lainnya, sehingga menjadi satu nama tarekat yaitu tarekat Sammaniyah. Tarekat Sammaniyah ini juga berkembang di Nusantara, menurut keterangan dari Snouck Haugronje selama tinggal di Aceh, ia menyaksikan tarekat ini telah dipakai oleh masyarakat setempat.[19][19] selain itu Tarekat ini juga banyak berkembang di daerah lain terutama di Sulawesi selatan. Dan menurut keterangan Sri Muliyati bahwa dapat dipastikan bahwa di daerah Sulawesi Selatanlah Tarekat Sammaniyah yang terbanyak pengikutnya hingga kini.[20][20]
Ajaran-ajaran pokok yang terdapat Tarekat ini adalah :
  1. Tawassul, Memohon berkah kepada pihak-pihak tertentu yang dijaadikan wasilah(perantara) agar maksud bisa tercapai. Obyek tawasul tarekat ini adalah Nabi Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, asma-asma Allah, para Auliya, para ulama Fiqih, para ahli Tarekat, para ahli Makrifat, kedua orang tua
  2. Wahdat al-Wujud, merupakan tujuan akhir yang mau di capai oleh para sufi dalam mujahadahnya.Wahdatul wujud merupakan tahapan dimana ia menyatu dengan hakikat alam yaitu Hakikat Muhammad atau nur Muhammad
  3. Nur Muhammad . Nur Muhammad merupakan salah satu rahasia Allah yang kemudian diberinya maqam. Nur Muhammad adalah pangkal terbentuknya alam semesta dan dari wujudnya terbentuk segala makhluk
  4. Insan Kamil, dari segi syariat Wujud Insan kamil adalah Muhammad dan sedang dari segi hakekat adalah Nur Muhammad atau hakekat Muhammad, Orang Islam yang berminat menuju Tuhan sampai bertemu sampai bertemu denganya harus melewati koridor ini yaitu mengikuti jejak langkah Muhammad.
7.      Tarekat Tijaniyah
Didirkan oleh syaikh Ahmad bin Muhammad al-Tijani, lahir di ‘Ain Madi, Aljazair Selatan, dan meninggal di Fez, Maroko. Syaikh Ahmad Tijani diyakini sebagai wali agung yang memiliki derajat tertinggi, dan memiliki banyak keramat, menurut pengakuannya, Ahmad Tijani memiliki Nasab sampai kepada Nabi Muhammad . Silsilah dan garis nasabnya adalah Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Salim bin al-Idl bin salim bin Ahmad bin Ishaq bin Zain al Abidin bin Ahmad bin Abi Thalib, dari garis sitti Fatimah al-Zahra binti Muhammad Rasulullah SAW. Ahmad Tijani lahir dan di besarkan dalam lingkungan tradisi keluarga yang taat beragama. Beliau  memperdalam ilmu kepada para wali besar di berbagai Negara seperti Tunis, Mesir, Makkah, Medinah, Maroko. Kunjungan itu untuk mecari ilmu-ilmu kewalian secara lebih luas, sehingga ia berhasil mencapai derajat kewalian yang sangat tinggi. Selanjutnya tarekat ini berkembang di Negara Afrika seperti Sinegal, Mauritania, Guinea, Nigeria, dan Gambia, bahkan sampai ke luar Afrika termasuk Saudi Arabia dan Indonesia.
Tarekat Tijaniah masuk ke Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi ada fenomena yang menunjukkan gerakan awal Tarekat Tijaniyah yaitu : Kehadiran Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib dan adanya pengajaran Tarekat Tijaniyah di Pesantren Buntet Cirebon. Kehadiran Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib tidak diketahui secara pasti tahunnya. Menurut penjelasan GF. Pijper dalam buku Fragmenta Islamica: Beberapa tentang Studi tentang Islam di Indonesia abad 20 sebagaimana yang di kutip oleh Sri Muliyati bahwa Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib datang pertama kali ke Indonesia, saat menyebarkan Tarekat Tijaniyah ini di Tasikmalaya.
Berdarkan kehadiran Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib ke pulau Jawa, maka Tarekat Tijaniyah ini diperkirakan datang ke Indonesia pada awal abad ke 20 M. namun menurut Pijper, sebelum tahun 1928 Tarekat Tijaniyah belum mempunyai pengikut di pulau jawa. Pijper menjelaskan bawha Cirebon merupakan tempat pertama diketahui adanya gerakan tarekat Tijaniyah. Pada bulan Maret 1928 pemerintah Kolonial mendapat laporan bahwa ada gerakan keagamaan yang dibawa oleh guru agama ( Kiyai) yag membawa ajaran Tarekat baru yaitu Tijaniyah.
Dari Cirebon ini kemudian menyebar secara luas ke daerah-daerah di pulau Jawa melalui murid-murid pesantren Buntet ini. Perkembanga tarekat ini pada akhirnya bukan hanya dari pesantren Buntet di Cirebon tetapi juga dari luar Cirebon. Seperti Tasikmalaya, Brebes dan Ciamis. Selanjutnya Mengenai ajaran ajaran Tarekat ini, pada dasarnya hampir sama dengan tarekat-tarekat yang telah berkembang sebelumnya pendekatan kepada Allah melalui Dzikir. Ajaran Tarekat ini cukup sederhana, yaitu perlu adanya perantara wasilah) antar manusia dan Tuhan. Perantara itu adalah dirinya sendiri dan para pengganti/wakil/naibnya. Pengikut-pengikutnya dilarang keras mengikuti guru-guru lain yang manapun , bahkan ia dilarang pula untuk memohon kepada wali dimanapun selain diriya. Secara umum amalan zikir (wirid) dalam Tarekat Tijaniyah terdiri dari tiga unsur pokok yaitu, Istigfar, Shalawat, dan Hailalah. Inti ajaran zikir dalam Tarekat Tijaniyah adalah sebagai upaya mengosongkan jiwa dari sifat-sifat lupa terhadap Allah dan mengisinya secara terus menerus dengan menghadirkan jiwa kepada Allah SWT melalui zikir terhadap zat, sifat-sifat, hukum-hukum dan perbuatan Allah. Zikir tersebut mencakup dua bentuk, yaitu zikir bil al-Lisan dan zikir bi al-Qalb. Adapun  bentuk amalan wirid Tarekat Tijaniyah terdiri dari dua jenis yaitu, Wirid Wajibah dan wirid Ikhtiyaariyah, Wirid Wajibah yakni wirid yang wajib diamalkan oleh setiap murid Tijaniyah, tidak boleh tidak dan menjadi ukuran sah atau tidaknya
menjadi murid Tijaniyah. Wirid Ikhtiyariyah yakni Wirid yang tidak mempunyai ketentuan kewajiban untuk mengamalkannya, dan tidak menjadi ukuran syarat sah atau tidaknya menjadi murid Tijaniyah. Wirid Wajibah ini terbagi lagi menjadi tiga yaitu (1)Wirid Lazimah, (2)Wirid Wadzifah, (3)Wirid hailalah.
8.      Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah,
Tarekat ini adalah merupakan tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah (TQN). Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang terdapat di Indonesia bukanlah hanya merupakan suatu penggabungan dari dua tarekat yang berbeda yang diamalkan bersama-sama. Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan berdiri yang di dalamnya unsur-unsur pilihan dari Qadiriyah dan juga Naqsyabandiyah telah dipadukan menjadi sesuatu yang baru. Tarekat ini didirikan oleh OrangIndonesia Asli yaitu Ahmad Khatib Ibn al-Ghaffar Sambas, yang bermukim dan mengajar di Makkah pada pertengahan abad kesembilan belas.[21][21] Bila dilihat dari perkembangannya Tarekat ini bisa juga disebut “Tarekat Sambasiyah” Tapi Nampaknya Syaikh al-Khatib tidak menamakan tarekatnya dengan namanya sendiri. berbeda dengan guru-gurunya yang lain yang memberikan nama tarekatnya sesuai dengan nama pengembangnya.[22][22] Sebagaimana kebiasaan ulama-ulama sebelumnya untuk memperdalam ilmu agama, kiranya mereka berangkat ke Makkah untuk memperdalam ilmu yang mereka miliki. Demikian pula halnya dengan Ahmad Khatib, ia berangkat ke Makkah untuk belajar Ilmu-ilmu Islam termasuk tasawuf dan mencapai posisi yang sangat di hargai diantara teman-temannya dan kemudian menjadi seorang tokoh yang berpengaruh di seluruh Indonesia. Diantara gurunya adalah Syaikh Daud bin Abd Allah bin Idris al Fatani, Syaikh Muhammad Shalih Rays, selain itu ia juga banyak mengikuti dan menghadiri kuliah-kuliah yang diberikan oleh Syaikh Bishry al-Jabaty, Sayyid ahmad al-Marzuki, Sayyid abd Allah ibn Muhammad al- Mirghany.
Sebagaimana di singgung sebelumnya bahwa tarekat ini mengambil dua nama tarekat yang telah berkembang sebelumnya yaitu Qadiriyah dan Naqsabandiyah. Tarekat Qadariyah sendiri dibangun oleh Abd Qadir Jilai yang mengacu pada tradisi Mazhab Iraqy yang dikembangkan oleh al-Junaid, sedangkan Tarekat Naqsyabandiyah dibangun oleh Muhammad bin Muhammad Bah al-Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi yang didasarkan kepada tradisi al-Khurasany yang dipelopori oleh al-Bisthami. Di samping itu keduanya juga mempunyai cara-cara  yang berbeda terutama dalam menerapkan cara dan teknik berzikir. Qadiriyah lebih mengutamakan pada penggunaan cara-cara zikir keras dan jelas ( dzikr Jahr ), dalam menyebutkan Nafy dan Itsbath, yakni Kalimat La Ilaaha Illa Allah. Sementara Naqsyabandiyah lebih suka memilih dzikir dengan cara yang lembut dan samar ( Dzikr Khafy), pada pelafalan Ism al-Dzat,Yakni Allah-Allah-Allah. Tarekat ini mengajarkan tiga syarat yang harus dipenuhi orang yang sedang berjalan menuju Allah, yaitu zikir diam dalam mengingat , merasa selalu diawasi oleh Allah di dalam hatinya dan pengabdian kepada Syaikh.[23][23]Aturan dzikir yang telah diformulasikan oleh Syaikh Ahmad Khatib pada Tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah dalam bentuk Nafyi wa Itsbat atau dengan Ism al-Dza, merupaka satu bentuk bimbingan praktis yang didorong dan didasari ayat-ayat Al-Qur’an. Sehingga Thariqah, jalan spritualnya diformulasikan sedemikian rupa sehingga berzikir (mengingat Allah) menjadi lebih efektif, mudah dirasakan dan diresapkan dalam hati orang yang melakukannya, baik dalam bentuk dzikir Jahr maupun dalam bentuk Sirr. Secara rinci Syaikh Ahmad Khatib merumuskan cara-cara meresapi zikir kepada Allah agar sampai pada tingkat hakikat atau kesempurnaan, yaitu Pertama, Salik hendaklah berkonsentrasi dan membersihkan hatinya dari segala cela sehingga dalam hati dan fikirannya tidak ada sesuatu pun selain Zat Allah, Kemudian meminta limpahan karunia dan kasih sayangnya serta pengenalan yang sempurna melalui perantaraan Mursyid (Syaikh). Kadua ketika mengucapkan lafal-lafal dzikir terutama Nafyi wa Itsbat La Ilaaha Illa Allah, hendaknya salik menarik gerakan melalui suatu trayek dibadannya, dari pusat perut sampai ke otak kepalanya. Kemudian ditarik kearah bahu kanan dan dari sana dipukulkan dengan keras ke jantung. Disini kepala juga ikut bergerak sesuai dengan trayek zikir. Dari bawah ke atas ditarik kata” La ” dengan ukuran tujuh mad, kemudian kata ilaha ditarik ke bahu kanan dengan ukuran yang sama dan akhirnya kata ” illallah ” dipukulkan ke jantung dengan ukuran yang lebih lama sekitar tiga mad. Dan yang ketiga  dengan memusatkan zikir pada titik-titik halus (Lathaif) dalam anggota badan. Titik-titik halus semacam Lathifah al-Qalb terletak di bawah susu kiri berukuran dua jari. Lathifah ar-Ruh terletak di bawah susu kanan berukuran dua jari. Lathifah as-Sirr terletak bertepatan dengan susu kiri berukuran dua jari. Lathifah al-Khafy letaknya bertepatan dengan susu kanan berukuran dua jari. Lathifah al-akhfa letaknya di tengah dada dan Lathifah an-Nafs letaknya dalam dahi dan seluruh kepala. Seadangkan unsur unsur yang empat (Anashir al-Arbaah) adalah seluruh anggota badan harus merasakan zikir dan merasakan hakikatnya. Maka di sinilah seluruh anggota badan dituntut untuk menyempurnakan dan melengkapi dalam membantu gerak zikir Lathaif tadi.












BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
  1. Berdasarkan Uraian sebelumnya dapat difahami bahwa Tarekat
    sebanarnya telah ada Sejak munculnya Islam yakni tatkala Rasulullah
    SAW melakukan Takhannus atau berkhalwat di Gua Hira. Apa yang
    dilakukan Rasullah ini selain untuk mencari ketenangan hati dan
    kebersihan jiwa juga yang terpenting adalah mendekatkan diri kepada
    Allah SWT dengan khusyu. Sebagaimana pula halnya para penganut
    Tarekat pada Umumnya yang berusaha memaknai hidup ini dengan
    berusaha semaksimal mungkin mendekatkan diri kepada Allah SWT
    melalui Tarekat.
  2. Banyaknya Tarekat-tarekat yang tumbuh dan berkembang di Dunia
    Islam (Dinasti-dinasti Islam di Persia atau Jazirah arab dan sekitarnya) berdampak pula dengan menyebarkan Tarekat-tarekat ini di Nusantara. Diantara Faktor yang menyebabkan cepatnya tarekat ini berkembang di Nusantara adalah karena jalur perdagangan melalui laut yang sudah lancer yang bisa menghubungkan satu daerah dengan daerah lain di Nusantara bahkan di Dunia, Faktor lainnya adalah adanya kesadaran Ulama-ulama Indonesia untuk mendalami ilmu agama khususnya di luar Nusantara seperti di Makkah.
  3. Tarekat tidak bisa dibatasi dari aspek pemaknaan saja bersadarkan
    pemahaman yang telah berkembang sebelumnya yakni bahwa Tarekat
    merupakan jalan atau metode yang ditempuh untuk mendekatkan diri
    sedekat mungkin dengan Allah SWT. Kenyataannya bahwa Tarekat itu memiliki makna lain yang bisa lebih spesifik misalnya Tarekat di maknai sebagai faham Mistik yang dapat mendatangkan kekuatan gaib dan semacamnya.





















Daftar pustaka
Arnold, Thomas Walker The Preaching of islam, A History of the propagation of the muslim faith, Lahore: Asraf Printing Press, 1979.
Al Aziz S Moh. Saifullah, risalah memahami ilmu tasawuf,cet.I ;Surabaya ; terbit terang, 1998
Al Barsyany, Noer Iskandar,Tasawwuf, Tarekat dan Para Sufi,Jakarta: Grafindo, 2001.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Ensiklopedi Islam,  Jild 5, Cet; IV Jakarta  :  PT Ichtiar baru van hoeve, 1997
Mulyati, Sri,Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,Jakarta: Kencana, 2006
syihab ,Alwi, islam pertama dan pengaruhnya hingga kini di Indonesia,cet; II, bandung :mizan media utama, 2002
Azyumardi Azra, Islam di Asia Tenggara : Pengantar Pemikiran dalam Azyumardi Azra(Peny), jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989.
Suryanegara, Mansur Ahmad,Menemukan Sejarah Rencana Pergerakan Islam di Indonesia, Cet; IV bandung: Mizan, 1998
H.M.Laili Mansur, ajaran dan teladan para sufi,Jakarta: srigunting, 1996.
H.A Fuad Said, Hakekat Tarekat Naqsyabandiyah, (Jakarta : Al-Husna Zikra, 1996)hlm 23.
Azyumard Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-Akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia, Bandung:Mizan, 1998
Hamid, Abu, Syeikh Yusuf Tajul Khalwat; Suatu Kajian Antropologi Agama, Ujung Pandang, Disertasi Ph.D Universitas Hasanuddin, 1990
C.Snouck Hurgronje, Aceh : Rakyat dan Adat Istiadatnya , Jakarta : INIS, 1997
Van Bruinessen, Martin, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung: Mizan Cet:IV,1996.
Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah di Pulau Jawa,Bandung, Pustaka Hidayah, Cet: I, 2002.





[1][1] Thomas Walker Arnold, The Preaching of islam, A History of the propagation of the muslim faith (Lahore: Asraf Printing Press, 1979), 364
[2][2] Moh. Saifullah Al Aziz S, risalah memahami ilmu tasawuf,(cet.I ;Surabaya ; terbit terang, 1998) h.10
[3][3] Noer Iskandar Al Barsyany,Tasawwuf, Tarekat dan Para Sufi,(Jakarta: Grafindo, 2001) hal. 2
[4][4]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Ensiklopedi Islam,  Jild 5,  (Cet; IV Jakarta  :  PT Ichtiar baru van hoeve, 1997), h.66
[5][5] Sri Mulyati,Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,(Jakarta: Kencana, 2006) hal. 8
[6][6] Ibid, hal. 70
[7][7] Alwi syihab, islam pertama dan pengaruhnya hingga kini di Indonesia,(cet; II, bandung :mizan media utama, 2002),hal.12
[8][8] Azyumardi Azra, Islam di Asia Tenggara : Pengantar Pemikiran dalam Azyumardi
Azra(Peny),
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), 1989.hlm XIV
[9][9] Mansur Ahmad Suryanegara,Menemukan Sejarah Rencana Pergerakan Islam di Indonesia,( Cet; IV bandung: Mizan, 1998)hal. 157
[10][10] Ibid, hal. 57
[11][11] Ibid, hal. 65
[12][12] H.M.Laili Mansur, ajaran dan teladan para sufi,(Jakarta: srigunting, 1996)h.204
[13][13] Dewan redaksi ensiklopedia islam, op. cit.h8
[14][14] H.A Fuad Said, Hakekat Tarekat Naqsyabandiyah, (Jakarta : Al-Husna Zikra, 1996), hlm 23.
[15][15] Dewan Redaksi Ensikloped Islam, op.cit. h. 8
[16][16] Sri Mulyati, op.cit. h.95
[17][17] Azyumard Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-Akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia, (Bandung:Mizan, 1998)hlm 212
[18][18] Abu Hamid, Syeikh Yusuf Tajul Khalwat; Suatu Kajian Antropologi Agama, (Ujung Pandang, Disertasi Ph.D Universitas Hasanuddin, 1990), hlm 181
[19][19] C.Snouck Hurgronje, Aceh : Rakyat dan Adat Istiadatnya , (Jakarta : INIS, 1997).hlm.182-183
[20][20] Sri mulyaty, op. cit.h.214
[21][21]  Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan Cet:IV,1996), hlm 89
[22][22]  Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah di Pulau Jawa,(Bandung, Pustaka Hidayah, Cet: I, 2002), h 49
[23][23] Sri Muliaty ,op.cit, h 258