PENGERTIAN FISAFAT ILMU
ICHWAN
P.SYAMSUDDIN
A. PENGANTAR
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan
mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan
kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya
pengetahuan itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi
berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Tiap jenis pengetahuan pada
dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan. Oleh sebab itu agar
kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan kita semaksimal maka kita harus
ketahui jawaban apa saja yang mungkin diberikan oleh suatu pengetahuan
tertentu. Atau dengan kata lain, perlu kita ketahui kepada pengetahuan mana suatu
pertanyaan tertentu yang harus kita ajukan
Sekiranya kita bertanya " apakah yang terjadi sesudah manusia
mati?", maka pertanyaan itu tidak bisa diajukan kepada ilmu melainkan
kepada agama, sebab secara ontologis ilmu membatasi diri kepada pengkajian
obyek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia, sedangakan agama memasuki
pula daerah penjelajahan yang bersifat
transedental yang berada diluar pengalaman kita. Ilmu tidak bisa menjawab
pertanyaan itu sebab ilmu dalam tubuh pengetahuan yang disusunnya memang tidak
mencakup permasalahan tersebut. Atau jika kita memakai analogi komputer maka
komputer ilmu tidak diprogram untuk itu.
Memang pada hakekatnya manusia mengharapkan jawaban yang benar, dan
bukannya sekedar jawaban yang bersifat sembarangan saja. Lalu timbullah
masalah, bagaimana cara kita menyusun pengetahuan yang benar? Masalah inilah
yang dalam kajian filsafat disebut sebagai epistemology, dan landasan
epistemologi ilmu disebut metode ilmiah. Dengan kata lain, metode ilmiah adalah
cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Lalu apakah
yang disebut benar sedangkan dalam khasanah filsafat ada beberapa teori
kebenaran?
Setiap
jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi),
bagaimana (epistemologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut
disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; jadi ontologi ilmu terkait
dengan epistemologi ilmu dan epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu
dan seterusnya. Jadi kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu, maka hal ini harus
dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu.
Agar kita mampu meramalkan dan mengontrol sesuatu maka kita harus mengetahui
mengapa sesuatu itu terjadi. Untuk bisa meramalkan dan mengontrol sesuatu maka
kita harus menguasai pengetahuan yang menjelaskan peristiwa itu. Dengan
demilkian maka penelitian ilmiah diarahkan kepada usaha untuk mendapatkan
penjelasan mengenai beberapa gejala alam. Penjelasan yang dituju penelitian
ilmiah diarahkan kepada deskripsi mengenai berbagai faktor yang terikat dalam
suatu konstelasi yang menyebabkan timbulnya sebuah gejala dan proses atau
mekanisme terjadinya gejala itu.
B. PENGERTIAN
FILSAFAT ILMU
1. Cornelius Benjamin “That
philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science,
especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in
the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan
filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya
metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya
dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
2
Lewis
White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of
scientific thinking and tries to determine the value and significance of
scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya
ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
3
Conny Semiawan at al : filsafat ilmu pada
dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of
sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lain.
4
The Liang Gie : filsafat ilmu adalah segenap
pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupa manusia.
(The Liang Gie dalam Drs.Surajiyo. 2010 h. 46*
5
Robert Ackerman “philosophy of science in one
aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven
past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline
autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi
adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan
perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau telah dibuktikan atau dalam
kerangka kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu,
tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek
ilmiah secara aktual.
C. OBYEK MATERIAL DAN FORMAL FILSAFAT ILMU
Obyek
Material Filsafat Ilmu adalah :
ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara umum.
Obyek Formal Filsafat
Ilmu: adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih
menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa
hakikat ilmu itu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah Apa
fungsi ilmu pengetahuan itu bagi manusia? Problem inilah yang
dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan, yakni landasan
ontologis; epistemologis, dan aksiologis
Dengan penjelasan sbb:
Landasan ontologis pengembangan ilmu, artinya
titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian
filosofis yang dimiliki oleh seorang ilmuwan. Sikap atau pendirian filosofis
secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua mainstream, aliran
besar yang sangat mempengarui perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu
materialisme dan spiritualisme. Materialism adalah suatu pandangan metafisik
yang menganggap bahwa tidak ada hal yang; nyata selain materi. Spiritualisme
adalah suatu pandangan metafisika yang menanggap kenyataan yang terdalam adalah
roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam.
Pengembangan ilmu berdasarkan pada
materialisme cenderung pada ilmu-ilmu kealaman dan menganggap bidang ilmunya
sebagai induk bagi pengembangan ilmu-ilmu lain. Dalam perkembangan ilmu modern,
aliran ini disuarakan oleh positivisme, sedangkan spiritualisme cenderung pada
ilmu-ilmu kerohanian dan menganggap bidang ilmunya sebagai wadah utama bagi
titik tolak pengembangan bidang-bidang ilmu lain.
Jadi, landasan ontologis ilmu pengetahuan
sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas. Manakala
realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu
empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, lebih terarah
pada ilmu-ilmu humaniora.
Landasan epistemologis pengembangan ilmu,
artinya titik tolak penelahan ilmu pengetahuan
didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah metode ilmiah. Metode ilmiah secara garis besar dibedakan
ke dalam dua kelompok, yaitu siklus empiris untuk ilmu-ilmu kealaman dan metode
linier untuk ilmu-ilmu sosial-humaniora. Cara kerja metode siklus empiris
meliputi observasi, penerapan metode induksi, melakukan eksperimentasi
(percobaan), verifikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yang diajukan,
sehingga melahirkan sebuah teori. Adapun cara kerja metode linier meliputi
langkah-langkah antara lain persepsi, yaitu penangkapan indrawi terhadap
realitas yg diamati,kemudian disusun sebuah pengertian(konsep) lalu dilakukan
prediksi kemungkinan yg terjadi di masa depan
Landasan Aksiologis Ilmu Merupakan sikap etis
yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan ,terutama dalam kaitannya dengan
nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.Dengan demikian suatu aktivitas ilmiah
senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, idoelogi yang dianut oleh masyarakat
atau bangsa, tempat ilmu itu dikembangkan. (Rizal Mustansyir, dkk, 2001)
D. RUANG LINGKUP FILS ILMU MENURUT PARA FILOSOF
Filsafat ilmu telah berkembang pesat sehingga
menjadi suatu bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam. Lingkup
filsafat ilmu dari para filsufdapat dijelaskan sebagaimana dikemukakan The
Liang Gie (2000) sebagai berikut :
1.Peter Angeles :
Menurut
filsuf ini, filsafat ilmu mempunyai empat bidang konsentrasi yang utama:
a.Telaah mengenai berbagai konsep,
praanggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan, dan penyusunannya
untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg clan cermat.
b.Telaah dan pembenaran mengenai proses
penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangnya.
c.Telaah mengenai saling kaitan di antara
berbagai ilmu.
d.Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan
ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan
logika dan matematika dengan realitas, entitas teoretis, sumber dan keabsahan
pengetahuan, serta sifat dasar kemanusiaan
2.. Cornelius Benjamin
Filsuf
ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam tiga bidang berikut.
a.Telaah mengenai metode ilmu, lambang
ilmiah, dan struktur logis dari sistem perlambang ilmiah.
b.Telaah
ini banyak menyangkut logika dan teori pengetahuan, dan teori umum tentang
tanda.
c. Penjelasan mengenai konsep dasar,
praanggapan, dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan-landasan empiris,
rasional, atau pragmatis yang menjadi tempat tumpuannya. Segi ini dalam banyak
hal berkaitan dengan metafisika, karena mencakup telaah terhadap berbagai keyakinan
mengenai dunia kenyataan, keseragaman alam, dan rasionalitas dari proses
alamiah.
d. Aneka telaah mengenai saling kait di antara
berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu teori alam semesta seperti misalnya
idealisme, materialisme, monisme, atau pluralisme.
3.
ARTHUR DANTO : Filsuf ini menyatakan, Lingkupan filsafat ilmu cukup luas
mencakup pada kutub yang satu, Yaitu persoalan-persoalan konsep yang demikian
erat bertalaian dengan ilmu itu sendiri, sehingga pemecahannya dapat seketika
dipandang sebagai suatu sumbangan kepada ilmu daripada kepada fiLsafat, dan
Pada kutub yang lain Persoalan-persoalan begitu umum dengan suatu pertalian
filasafati sehingga pemecahannya akan
merupakan suatu sumbangan kepada metafisika atau epistimologi seperti
kepada filsafat ilmu yang sesugguhya.-Begitu pula rentangan
masalah yang diselidiki oleh filusof-filosof ilmu dapat demikian sempit sehingga
menyangkut keterangan tentang sesuatu konsep tunggal yang dianggap penting
dalam suatu cabang ilmu tunggal, dan begitu umum sehingga bersangkutan dengan
ciri-ciri struktural yang tetap bagi semua cabang ilmu yang diperlakukan
sebagai suatu himpunan.
4. Edward Madden
Filsuf
ini berpendapat ada tiga bidang yang
merupakan bahan Perbincangannya Yaitu.:
-
probabilitas
-Induksi
-
Hipotesis
5. Ernest Nagel
Hasil
penyelidikannya filsuf ini menyimpulkan bahwa filsafat ilmu mencakup tiga bidang luas:
- Pola
logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu.
- Pembentakan
konsep ilmiah.
- Pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah.
E. MANFAAT BELAJAR FILSAFAT
ILMU :
filsafat ilmu
sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat secara umum
mengandung manfaat sebagai berikut:
1. filsafat ilmu sebagai sarana pengujian
penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya
seorang ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri,
sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistik, yakni menganggap
hanya pendapatnya yang paling benar
2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi,
menguji, mengkritik asumsi metode keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di
kalangan ilmuwan menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan strktur
ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan di sini adalah
menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan bukan
sebaliknya.
3. Filsafat
ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah
yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawab secara logis-rasional, agar
dapat dipahami dan dipergunakan secara umum
F. IMPLIKASI MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU:
Implikasi mempelajari filsafat ilmu seperti
yang diuraikan Rizal Mus dkk., (2001) adalah sebagai berikut:
1.Bagi seseorang yang mempelajari
filsafat ilmu diperlukan pengetahuan yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam
maupun ilmu sosial, supaya para ilmuwan memiliki landasan berpijak yang kuat.
Ini berarti ilmu sosial perlu mempelajari ilmu-ilmu kealaman secara garis
besar, demikian pula seorang Ahli ilmu kealaman perlu memahami dan mengetahui
secara garis besar tentang ilmu-ilmu sosial. Dengan demikian antara ilmu yang
satu dengan lainnya saling menyapa, bahkan dimungkinkan terjalinnya kerjasama
yang harmonis untuk memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan.
2.Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak
terjebak ke dalam pola pikir "menara gading", yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa
mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap
aktivitas keilmuan nyaris tidak dapat dilepaskan dari konteks kehidupan
sosial-kemasyarakatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Jujun S. Suriasumantri, (2005) Filsafat Ilmu :
Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: sinar Harapan
The Liang Gie (1991) Pengantar Filsafat Ilmu ,
Yogyakarta, Liberty.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat
UGM(1996) : Filsafat Ilmu sebagai dasar
Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta,
Liberty.
Suparlan Suhartono (2005): Filsafat Ilmu
Pengetahuan Persoalan eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan ,Yogyakarta Ar Ruzz
Media.
Jerome R.Ravertz (1982) : Filsafat Ilmu ,Sejarah
& Ruang Lingkup Bahasan : Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Drs. Surajiyo
(2010) : Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia suatu
Pengantar: Jakarta , Bumi akasara.
Drs. H.A.Fuad Ihsan (2010): Filsafat Ilmu .
Jakarta, Rineka Cipta.
Conny Semiawan at al ( 1998) Dimensi Kreatif
dalam filsafat Ilmu, Bandung : Cv Remaja Karya.