Minggu, 02 Oktober 2011

PENGERTIAN FISAFAT ISLAM Disusun oleh: Ichwan P.Syamsuddin

Pokok Bahasan :Pengertian Filsafat Islam.
Sebelum pada pengertian filsafat Islam ,terlebih dahulu dibahas selintas mengenai pengertian filsafat baik secara logat maupun secara  praktisnya:
1. Dari segi logatnya: 
Perkataan filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu ”PHILOSOPHIA”
Philos          = cinta
Sophia         =  pengetahuan, hikmah (wisdom),kebijaksanaan (kebenaran sejati)
Islam   =berasal dari bahasa arab: aslama, yuslimu islaman yang berarti patuh,tunduk,berserah diri, serta memohon selamat dan sentosa. Yang selanjutnya Islam menjadi istilah atau nama bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW, yang ajarannya bersumber pada al-qur’an dan al hadist.
2. Dari segi Prkatisnya :
Filsafat berarti ”alam fikiran” atau ”alam berfikir”. Artinya berfilsafat berarti befikir. Namun demikian tidak semua berfikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berfikir secara radikal, mendalam dan sungguh-sungguh guna mencari dan menggali kebenaran yang hakiki.
Prof.DR.Harun Nasution memberikan difinisi filsafat sebagai berikut:
-       pengetahuan tentang hikmah
-       pengetahuan tentang prinsip atau dasar
-       mencari kebenaran
-       membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas
Para ahli memberikan difinisi yang berbeda-beda tentang filsafat, hal ini didasarkan karena begitu luasnya lingkungan pembahasan dari filsafat. Misalnya sebagai berikut:
  1. Plato (427 SM – 347 SM), seorang filusuf yunani, murid dari socrates dan guru Aristoteles menyatakan : filsafat adalah  pengetahuan tentang segala yang ada.
  2. Aristoteles (382 SM -322 SM) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika,logika,etika,ekonomi,politik dan estetika.
  3. Al Farabi (wafat 950 M) filosuf muslim terbesar sebelum Ibnu sina mengatakan: filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelediki hakekat yang sebenarnya.
  4. Immanuel Kant (1724-1804) : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan yaitu :
-    apakah yang dapat kita ketahui (dijawab oleh metaphisika)
-    apakah yang dapat kita kerjakan (dijawab oleh etika)
-    samapai dimanakah pengharapan kita ( dijawab oleh agama)
-    apakah yang dinamakan manusia (dijawab oleh antropologi)
ciri-ciri berfilsafat :
-    deskriptif
-    kritik atau analitik
-    evaluatitik atau normatif
-    spekulatif
-    sistematik
Kegunaan mempelajari filsafat :
-    melatih diri untuk berpikir kritik ,runtut dan menyusun hasil pikiran tersebut secara sistematik
-    menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tertutup
-    melatih diri melakukan penelitian, pengkajian dan memutuskan atau mengambil kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam dan komprehensif
-    menjadikan diri bersifat dinamik dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem
-    membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan tenggangrasa.
Fungsi filsafat:
-    sebagai interdisipliner sistem
-    menghubungkan ilmu-ilmu pengetahuan yang telah kompleks
-    tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
-     
     Sampailah kita pada pengertian Filsafat Islam .Beberapa pakar memberi difinisi sebagai berikut:
      Mustofa Abdur Razik, Filsafat Islam adalah filsafat yang tumbuh di negeri Islam dan di bawah naungan negara Islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya.
Musa Asy’ari ,Filsafat Islam ialah: adalah kegiatan pemikiran yang bercorak islami. Islam menempati posisi sebagai sifat, corak dan karakter dari filsafat. Filsafat Islam bukan filsafat tentang Islam, bukan the philosophy of lslam. Filsafat Islam artinya berpikir yang bebas, radikal, dan berada pada taraf makna, Yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang menyelamatkan dan memberikan kedamaian hati. Dengan demikian, Filsafat Islam berada dengan menyatakan keberpihakannya dan tidak netral. Keberpihakannya adalah kepada keselamatan dan kedamaian.
Amin Abdullah mengemukakan bahwa: ”Meskipun saya tidak setuju untuk mengatakan bahwa filsafat Islam adalah :tidak lain dan tidak bukan adalah rumusan pemikiran Muslim yang ditempeli begitu saja dengan konsep filsafat Yunani , namun sejarah mencatat bahwa mata rantai yang menghubungkan gerakan pemikiran filsafat Islam era kerajaan Abbasiyah dan dunia luar Islam tidak lain adalah proses panjang asimilasi dan akulturasi kebudayaan Islam dan kebudayaan Yunani lewat karya-karya filosof Muslim seperti Al Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina,  Al Ghazali, dan Ibn Rusyd.
Dalam kaitannya dengan perkmbangan filsafat Islam, DR Oemar Amin Hoesin berpendapat bahwa: Fisafat Islam dimulai dengan bahan-bahan Yunani, kemudian dimasak dengan pokok-pokok pelajaran Islam, kalau ada orang yang mengatakan bahwa filsafat Islam sebagai sambungan dari perkembangan filsafat Yunani adalah pendapat yang keliru. Filsafat Islam berjalan dengan tenaganya sendiri. Filsafat Yunani adalah hasil revolusi fikiran terhadap apa yang dinamakan digmatic dicta. Akan tetapi filsafat Islam adalah dilahirkan untuk memperkuat kedudukan faham Islam  atau sebagaimana dijelaskan oleh Haidar Bagir bahwa: Di abad pertengahan itulah Islam merupakan juru ‘penyelamat’ bagi peradaban Yunani, Persia dan Romawi dengan cara menerjemahkannya ke dalam bahasa dan tradisi Islam. Kemajuan Islam era pertengahan tidak saja mewarisi pengetahuan Yunani-Romawi, akan tetapi telah memodifikasi dan menyempurnakan pengetahuan sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil usaha kreatif cendikiawan muslim seperti al-Kindi, Ibn Sina, al-Farabi, al-Razi dan setelahnya, selain mengadopsi kekayaan pengetahuan mereka, juga melahirkan teori dan pengetahuan orisinil yang sama sekali baru.
Dr. Ibrahim Madzkur mengatakan: Filsafat Arab bukanlah berarti bahwa ia adalah produk suatu ras atau umat. Meskipun demikian saya mengutamakan menamakannya filsafat Islam, karena Islam bukan akidah saja, tetapi juga sebagai peradaban. Setiap peradaban mempunyai kehidupannya sendiri dalam aspek moral, material, intelektual dan emosional. Dengan demikian, Filsafat Islam mencakup seluruh studi filosofis yang ditulis di bumi Islam, apakah ia hasil karya orang-orang Islam atau orang-orang Nasrani ataupun orang-orang Yahudi (Fuad Al-Ahwani, Hal. 15).
Sebenarnya perbedaan istilah tersebut hanya perbedaan nama saja, sebab bagaimanapun juga, hidup dan suburnya pemikiran filsafat tersebut adalah di bawah naungan Islam dan kebanyakan ditulis dalam bahasa Arab. Kalau yang dimaksud dengan Filsafat Arab ialah bahwa filsafat tersebut adalah hasil orang Arab semata-mata, maka tidak benar. Sebab kenyataan menunjukkan bahwa Islam telah mempersatukan berbagai-bagai umat, dan kesemuanya telah ikut serta dalam memberikan sumbangannya dalam filsafat tersebut. Sebaliknya kalau yang dimaksud dengan filsafat Islam adalah hasil pemikiran kaum muslimin semata-mata, juga berlawanan dengan sejarah, karena mereka pertama-tama berguru pada aliran Nestorius dan Yacobias dari golongan Masehi, Yahudi dan penganut agama Shabi’ah, dan kegiatan mereka dalam berilmu dan filsafat selalu berhubungan dengan orang-orang Masehi dan Yahudi yang ada pada masanya.
Namun pemikiran-pemikiran filsafat pada kaum muslimin lebih tepat disebut filsafat Islam, mengingat bahwa Islam bukan saja sekedar agama, tetapi juga peradaban. Pemikiran filsafat ini sudah barang tentu berpengaruh oleh peradaban Islam tersebut, meskipun pemkiran itu banyak sumbernya dan berbeda-beda jenis orangnya. Corak pemikiran tersebut adalah Islam, baik tentang problem-problemnya, motif pembinaannya maupun tujuannya, karena Islam telah memadu dan menampung aneka peradaban serta pemikiran dalam satu kesatuan. Apabila hal ini ditunjang dengan pemakaian buku-buku yang berasal dari filosuf Islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, ataupun Al-Farabi.
. Dengan demikian Filsafat Islam adalah suatu upaya untuk memikirkan tentang dasar-dasar keagamaan (Islam) menurut logika dan secara bebas yang dibangun dari tradisi sunah Nabi dalam berpikir yang rasional transedental .Rujukan filsafat Islam bukan tradisi intelektual Yunani, tetapi adalah sunnah Nabi dalam berpikir, yang akan menjadi tuntunan dan suri tauladan bagi kegiatan berpikir umatnya. Karena sesungguhnya dalam diri Rasulullah itu terdapat tauladan yang baik bagi umatnya, baik tauladan dalam bertindak, berperilaku maupun berpikir. (lihat Alquran 33 : 21).
Pemikiran yang dimaksud adalah:
a.        Membahas dasar-dasar secara analitis dan kritis tanpa terikat pada ajaran-ajaran keagamaan (Islam) dan tanpa ada tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu agama tertentu
b.        Membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis, dengan maksud untuk menyatakan kebenaran ajaran-ajaran agamanya (Islam), atau sekurang-kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika. Dalam hal ini orang tersebut masih terikat pada ajaran-ajaran agamanya
Dari kedua bentuk pemikiran mengenai filsafat Islam tersebut pada akhirnya akan melahirkan empat aliran pemikiran dalam filsafat Islam. Pertama, aliran tradisional, yakni aliran pemikiran yang masih terikat pada ajaran-ajaran keagamaannya sehingga keinginan utamanya adalah menyatakan kebenaran atau ketidakbenaran sebuah dasar-dasar ajaran, menerima kebenaran ajaran tersebut sebagai suatu kebenaran tidak lagi memikirkan apa itu ajaran yang benar atau tidak. Kedua, aliran liberal, adalah aliran pemikiran yang membahas dasar-dasar ajaran keagamaannya secara liberal, kritis, dan analitis. Ketiga, aliran naturalis, yakni suatu pemikiran yang tidak menggunakan wahyu sebagai landasan pemikirannya melainkan berdasarkan pada pendapat akal (rasio). Jadi menurut pemikiran ini akal sampai kepada dasar-dasar persoalan keagamaan bukan dengan pertolongan wahyu. Lawan dari aliran naturalis adalah aliran keempat, aliran supernaturalis, yakni aliran pemikiran yang berdasarkan wahyu yang berasal dari luar alam semesta ini.
DR.H.Abuddin Nata MA: Menyebutkan ada lima ciri Filsafat Islam:
a.       Filsafat Islam  (dari segi sifat dan coraknya) bersumber dari Al-Qur’an dan As Sunah
b.      dari segi ruanglingkup pembahasannya: meliputi bidang fisika,/alam raya, ketuhanan,dunia dan akherat.
c.       dari segi datangnya: sejalan dengan perkembangan ajaran Islam
d.      bukan kajian sejarahnya tapi kajian pemikiran filsafatnya
e.       kedudukannya: sejajar dengan bidang studi keislaman lainnya.
Di pihak lain para ahli menyebutkan bahwa ada tiga karkteristik dari filsafat islam yaitu :peripatetisme (Masysya’iyyah), iluminasi (Israqiyyah) dan teosofi transenden (al-hikmah al-muta’aliyah).
Filsafat peripatetisme adalah paham kelanjutan dari pengaruh ide-ide Aristotelian yang bersifat diskursif-demontrasional. Corak dari Aristotelian yaitu hylomorfisme, suatu paham yang cenderung bersifat material. Peripatetisme dimulai sejak al-Kindi, yang melewati antara lain, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Thufail dan Ibn Bajjah hingga Ibn Rusyd. Mungkin, hanya Ibn Rusyd saja yang agak berani membersihkan Aristotelianisme dari Neo-Platonisme.
Filsafat iluminasi (Israqiyyah) berbicara mengenai suatu kilatan-mendadak dalam bentuk pemahaman atau ilham sebagai suatu arus cahaya. Asal mulanya, teori ini berakar dari pola-pola Platonik, yang selama periode Hellenistik dan Romawi aliran ini diserap dan tergabungkan dalam pikiran Kristiani dan Yahudi.
Tokoh yang ternama dalam corak filsafat iluminasi yaitu Surawardi. Sebagai pencetus paham iluminasi, dia telah membuka jalan suatu dialog dengan wacana-wacana dan upaya-upaya religius atau mistis dalam dunia ilmiah. Dia juga termasuk filosof yang meyakini adanya perennial wisdom. Sebuah jalan kebenaran yang dijadikan ukuran adalah pengalaman “intuitif” yang kemudian mengelaborasi dan memverifikasinya secara logis-rasional.
Sementara filsafat hikmah di perkenalkan oleh Mulla Shadra. Dia membangun aliran baru filsafat dengan semangat untuk mempertemukan berbagai aliran pemikiran yang berkembang di kalangan kaum muslim. Yakni tradisi Aristotelian cum Neo platonis yang diwakili figur-figur al-Farabi dan Ibn Sina, filsafat Israqiyyah, pemikiran Irfani Ibn ‘Arabi, serta tradisi kalam (teologi dialektis).
Filsafat hikmah cenderung berbicara masalah esensi (wujud), sehingga sering disebut-sebut sebagai eksistensialisme Islam. Aliran ini mempercayai bahwa pengetahuan diperoleh tidak melalui penalaran rasional, tetapi hanya melalui sejenis intuisi, yakni penyaksian bathin (syuhud, inner witnessing), cita rasa (dzauq, tasting), pencerahan (hudhur, presence).
Menurut Muthahhari, seorang pengagum Mulla Shadra yang juga menulis buku tentang “Filsafat Hikmah; Pengantar Pemikiran Mulla Shadra” mengakui bahwa Filsafat Hikmah (Hikmat Muta`aliyah) berupaya memadukan metode-metode wawasan spiritual dengan metode-metode deduksi filosofis. Untuk mencapai kebenaran yang hakiki, harus melebur metode-metode pencerah (illumination) ruhani dan perenungan intelektual. Seperti yang dikemukakan Baqir dalam buku ini, bahwa Filsafat Hikmah berusaha menyatukan empat aliran yang berbeda-beda. Melalui filsafat hikmat ini menawarkan sebuah jalan keluar yang sangat argumentatif.
Aliran-Aliran Filsafat Islam
DAFTAR LITRATUR :
  1. A. Mustafa , filsafat islam untuk fak tarbiyah , dakwah dan ushuluddin
  2. Abdul kadir jaelani , filsafat islam ,surabaya,bina ilmu
  3. Ahmad hanafi, pengantar  filsafat Islam , bulan bintang , jkt.
  4. H.Abu Ahmadi, Filsafat Islam, semarang, Toha Putra.
  5. H.Abuddin Nata , Metodologi Studi Islam ,Jakarta,RajaGrafindo Persada
  6. John L.Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Bandung,Mizan, 2001.
  7. Sunoto,Filsafat Pancasila , Yogyakarta, PT.Hanindita, 1984
  8. Nurcholish Madjid, Khasanah Intelektual Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1994
  9. Musa Asy’arie, Filsafat Islam sunah Nabi dalam Berpikir, Yogyakarta, LESFI,1999.
  10. DR.Oemar Amin Hoesin, Kultur Islam,Sejarah perkembangan Kebudayaan Islam dan Pengarunya dalam Dunia Internasional,Bulan Bintang.1975.
  11. Drs.H.Abu Ahmadi, Filsafat Islam,CV Toha Putra Semarang .Cet I.1982.
  12. DR.Muzaffaruddin Nadvi.M.A.Pd.D.Pemikiran Muslim dan Sumbernya(terj),Pustaka,Bandung,1984,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar