PERHATIAN
GURU TERHADAP PARA SISWANYA
Oleh:
Ichwan P.Syamsuddin
Tidak berlebihan untuk
dikatakan bahwa maju mundurnya sebuah bangsa adalah tergantung sungguh pada
kerja guru. Jepang luluhlanta menerima serangan bom atom dari sekutu pimpinan
Amerika,. Kaisar dan rakyat Jepang tidak meratapi secara berlebihan atas
kejadian itu . Justru pertanyaan yang pertama muncul dari seorang Kaisar Jepang
setelah musibah bom atom itu adalah “masih berapa banyak guru yang masih hidup
?.”Ternyata Jepang dengan kerja guru yang professional melahirkan sarjana dalam
berbagai bidang kehidupan, sehingga Jepang mampu bangkit dari keterpurukan dan
mampu menguasai dunia lagi. Semua kehidupan selalu berawal dari guru. Dalam
perkembangan pendidikan di suatu bangsa suatu hal yang tidak bisa dihindari
bahwa hubungan yang solid,penuh makna antara guru, sekolah, orang tua dan
masyarakat adalah ujung tombak dari penentu keberhasilan pendidkan suatu Negara. Pendidik di sekolah,
orang tua di rumah, masyarakat dan pemimpin bangsa untuk skala yang lebih luas
adalah guru pada posisinya masing-masing. Sangat tidak adil bilamana suatu
bangsa hanya mengandalkan kemajuan intelektual,akhlaq anak didik diletakan pada tanggungjawab guru
di sekolah saja.
Di sisi lain,
masyarakat menuntut secara amat berlebihan pada para pejuang tanpa tanda jasa
ini. Apabila ada seorang oknum guru yang melakukan penyimpangan, vonis
masyarakat selalu lebih berat dibanding apabila penyimpangan tersebut dilakukan
oleh oknum dari profesi lain. Padahal, guru adalah manusia biasa, yang tak
luput dari kesalahan. Takdir sajalah yang menjadikan dirinya sebagai pendidik.
Di tengah polemik yang tak berkesudahan itu, seorang guru dituntut untuk
memiliki kelebihan-kelebihan. Sebab, tugas dan tanggungjawabnya sebagai
pencerdas bangsa jauh lebih berat dibanding tahuntahun yang sudah berlalu.
Seorang guru tidak cukup hanya memiliki kemampuan mengajar (didaktik), tetapi
juga kemampuan lain agar selalu tidak kalah dengan pengetahuan yang dimiliki
murid-muridnya.
Terkait perhatian guru
terhadap siswa ada beberapa factor yang mempengaruhi kwalitas perhatian guru
terhadap siswa antara lain sebagai berikut:
a).Ahlaq dan latar
belakang keilmuan seorang guru,
Di
jaman sekarang ini profesi guru begitu banyak peminatnya, mereka yang berlatar
belakang sarajana selain sarjana keguruan ramai-ramai ikut juga melamar di sekolah-negeri
ataupun swasta untuk menjadi guru, bahkan kenyataan di msayrakat ada banyak
lulusan SMU yang sedrajat ikut pula mengbadi menjadi guru. Kenyataan ini
sah-sah saja, namun sebaliknya akan menjadi kontradiksi dengan semangat
pemerintah untuk memberi nilai tambah atas profesi ini, misalnya lewat program
sertifikasi guru. Di lain pihak telah disadari semua bahwa profesi guru adalah
profesi yang langsung berhadapan dengan proses pelayanan memanusiakan manusia,
artinya ketika manusia yang memanusiakan manusia ini tidak cukup memiliki latar
belakang keahlian dalam bidang
Paedegogik,tidak memiliki kecapakan moral,tidak cukup memilki kecakapan
intelektual, maka tidak mustahil guru tersebut dalam menjalankan tugasnya akan
mengalami kesalahan, disorientasi nilai dan arah, akibatnya adalah komunikasi
guru dengan siswa akan lebih dikembangkan pada komunikasi yang mengedepankan
nilai-nilai material, nilai-nilai kekerasan, sehingga tidak heran bila ada
fakta guru melakukan kekerasan terhadap siswanya, guru menjual nilai pada
siswanya, ataupun sebaliknya siswa dan orang tuanya memukul guru dan lain
sebagainya. Artinya guru yang memiliki latar belakang paedagogis yang memadai
dan menguasai bidang tugas dan keilmuannya dengan mumpuni akan mampu melakukan
tugasnya dengan baik dan terukur, demikian pula sebaliknya. Terkadang kekerasan
dan disorientasi nilai /tugas yang
dilakukan oleh guru terhadap siswanya juga karena pemahaman siapa sejatinya guru
itu.
b).Perbedaan Penyebutan
guru
Adalah
factual di lingkungan sekolah saat ini ada beberapa jenis penyebutan guru,
misalnya ada guru PNS, ada guru HONDA (honor Daerah), ada guru honor propinsi,
ada guru kontrak, ada guru sukarela yang mendapat gaji berdasarkan kesukarelaan
kepala sekolah untuk menggajinya sehingga tidak ditentukan berapa besar gaji
dan waktu penerimaan gajinya, ada guru yayasan mendapat gaji dari yayasan, ada
guru yayasan mendapat gaji dari yayasan serta mendapatkan tunjangan sertifikasi
dari Negara, dan masih banyak lagi jenis penjenjangan penyebutan guru yang
lainnya. Suka atau tidak suka bahwa perbedaan penyebutan ini disamping ada gap
yang menganga dalam tingkat kesejahteraan antara para guru di atas, namun bukan
itu yang ingin dikupas dalam tulisan ini, tetapi, bahwa efek samping dari
penjenjangan di atas telah memberi
dampak psikologis pada guru yang bersangkutan misalnya :
1) Di
mata para siswanya guru yang bukan PNS adalah adalah guru kelas dua, sekalipun
guru tersebut banyak diantara mereka secara akhlaq dan intelektual jauh lebih
hebat dari guru PNS,
2) Oleh
Kepala sekolah dan guru-guru PNS di sekolah-sekolah tertentu di jadikan “sapi
Perahan”dan “kuda tunggangan”.
3) intensitas
maupun kwalitas komunikasi guru tersebut dengan para siswanya dangkal dan
kering makna
c).Kepemimpinan Kepala
sekolah.
Dalam pengelolaan sekolah, peran kepala sekolah sangat menonjol. Bukti
bahwa peran tersebut sangat kuat, hasil penelitian menunjukkan, bahwa
keberadaan kepala sekolah yang baik, sangat besar sumbangannya terhadap sekolah
unggul. Tidak pernah ada sekolah unggal, yang memiliki kepala sekolah yang
bermutu rendah. Sekolah unggul pasti memiliki kepala sekolah yang bermutu
tinggi. Sebaliknya, kepala. sekolah yang bermutu rendah, pasti tidak akan mampu
menciptakan suatu sekolah yang unggul.
Dari hasil penelitiannya, Gibbons (1986) melaporkan bahwa school
Improvement Program atau Program Perbaikan Sekolah (PPS) dilaksanakan di
sekolah-sekolah negeri Columbus, Ohio, selama tahun ajaran 1982/1983. Tujuan
PPS tersebut adalah untuk memperbaiki prestasi akademik para siswa, dalam
berbagai keterampilan dasar, khususnya dalam membaca, pemahaman, dan
matematika.
Prestasi sekolah-sekolah ini telah ditingkatkan, dengan jalan menerapkan
faktor-faktor keefektifan sekolah yang dianggap penting. Faktor-faktor tersebut
adalah dedikasi guru yang tinggi, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat,
harapan-harapan bagi siswa dan guru, pemantauan yang kontinyu terhadap
kemajuan siswa, iklim belajar yang positif, kesempatan yang cukup untuk
belajar, pelibatan orang tua dan masyarakat dalam program sekolah.
Hasilnya menunjukkan, bahwa perubahan-perubahan siswa
dalam prestasi lebih besar daripada yang diharapkan, dalam pemahaman, membaca,
dan perkembangan dalam matematika yang pesat. Yaitu 25,8% lebih banyak siswa- siswanya
yang berada pada dan di atas grade level setelah program tersebut dilaksanakan.
Ada uangkapan bahwa Ikan mengalami pembusukan dari bagian kepalanya, ungkapan
ini bisa dimaknai bahwa kebobrokan suatu sekolah,tidak harmonisnya hubungan
guru dengan Kepala sekolah, guru dengan guru, guru dengan siswa atau lingkungan
di luar hal-hal tersebut adalah karena fungsi kepemimpinan dari sang Kepala
sekolah yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
d).iklim sekolah
Perhatian
guru terhadap siswanya bisa intens dan berkualitas baik hanya bisa tercapai dan
terlaksana dengan baik bila para pihak yang berkompetan dalam sekolah tersebut
menciptakan iklim sekolah yang kondusif untuk terlaksana hubungan antara
berbagai komponen di sekolah tersebut berjalan.
Iklim sekolah yang positif, sebagaimana didefinisikan oleh Larsen (1987),
merupakan suatu norma, harapan dan kepercayaan dari personil-personil yang
terlibat dalam organisasi sekolah, yang dapat memberikan dorongan untuk
bertindak yang mengarah pada prestasi siswa yang tinggi. Pimpinan sekolah
memberikan perlindungan dan pengayoman pada tenaga pengajar, sehingga mereka
dapat memfokuskan dirinya pada pengajaran. Para personil sekolah menghargai
setiap prestasi tenaga pengajar termasuk pencapaian sasaran minimal dan periilaian
terhadap semangat kerja tenaga pengajar. Menurut Effective School Consortia
Network (ESCN, 1987), hubungan kerja yang akrab dapat ditemukan di antara
pengajar, karyawan sekolah, dan di antara personil yang terlibat dalam
organisasi sekolah. Suasana sekolah yang efektif dirasakan, sebagai penuh rasa
kekeluargaan, bersifat praktis, dan penuh kejujuran. Sekolah selalu
beranggapan, bahwa lingkungan sekolah yang baik merupakan prioritas utama untuk
mencapai kemajuan.
e).Peran Orang Tua
Murid
Pada era reformasi ini keinginan untuk memajukan dunia
pendidikan begitu kuat. Sehnigga Pemerintah menempuh berbagai langkah stimulus
sistematis –normatif lewat amandemen UUD 1945 yang mewajibkan pemerintah
mengalokasi anggaran untuk dunia pendidikan sebesar 20 % dari alokasi APBN.,
Beberapa tindak lanjut dari itu ,Misalnya diantaranya adalah diwujudkannya Dana
Bantuan Operasional Sekolah (dana BOS), Setifikasi Guru, dana bantuan siswa
miskin, dan sampai pada diberikannya
kebijakan kepada pihak sekolah untuk membentuk Komite sekolah yang mana elemen
utama dari komite sekolah ini adalah bersatunya unsure sekolah dan pihak orang
tua siswa (masyarakat) untuk bermusyawarah merumuskan berbagai kebijakan dan
harapan yang akan di capai oleh sekolah untuk setiap tahunnya. Sayangnya
pelibatan masyarakat (ORTU) dalam mensukseskan dunia pendidikan ini tidak direspon
dengan baik oleh pihak orang tua murid, artinya ketika sekolah mengundang orang
tua murid untuk merumuskan kebijakan sekolah tidak banyak orang tua murid yang
menghadirinya, dan tidak sedikit dari mereka mewakilkan kehadirannya kepada
pembantunya, sopir anaknya, tentu kondisi ini ironis dari cita-cita UUD 1945,
dan akhirnya program ini banyak di antaranya tidak berjalan dengan baik karena
keterlibatan masyarakat sebagai pengontrol dan penyeimbang tidak terwujud,
sehingga uang Komite, Dana BOS, dan dana-dana bantuan lainnya tidak terserap
secara maksimal untuk mewujudkan peningkatan mutu pendidikan dan atau untuk
intesnif para guru dan beberapa pemberitaan dari media massa menyebutkan bahwa sebagian
dari dana itu dikorup oleh oknum Kepala sekolah dan pihak-pihak lain. Lebih
dari pada itu forum Komite sekolah tidak juga bisa dimaksimalkan fungsinya oleh pihak sekolah dan ORTU
siswa untuk mengkomunikasikan berbagai
kendala dalam memajukan sekolah guna mendorong kedua belah pihak untuk bahu
membahu dalam mengawasi dan memotivasi peserta didik guna tercapainya tujuan
pendidikan nasional.
Dalam ajaran Islam
“guru utama” adalah Muhammad Rasulullah SAW, artinya ketika seseorang menjadi
guru bagi para muridnya, maka pada saat yang sama yang bersangkutan sedang
melaksanakan, mempraktekan ilmu yang didapdatnya dari guru utama, karena tugas
seorang guru dalam pandangan Islam hanyalah sebagai pewaris,pelanjut dan
penyampai ajaran yang dibawa oleh para nabi kepada para muridnya dalam konteks
sebagai khalifah Allah di muka bumi. Oleh karena itu alasannya, maka sebaik-baik
guru adalah orang yang bukan hanya mampu menjadi guru bagi murid-muridnya,
tetapi menjadi guru bagi dirinya sendiri., sehingga seorang guru pun pada
dasarnya adalah manusia biasa hamba Allah
dan murid dari” Guru Utama”
Suasana lingkungan
sekolah sudah semestinya mendukung terciptanya atmosphere yang kondusif untuk
terlaksananya proses belajar mengajar yang menunjang terbentuknya perkembangan
afektif,cognitf dan psikomotorik yang
baik dari para siswanya, sehingga siswa pada akhirnya tidak saja cerdas secara
intelektual tapi juga cerdas secara
spiritual , tangguh dan tanggap secara moral. Larsen dalam Prof.Dr.Ir
Moedjiarto,Msc menyebutkan bahwa: “lingkungan sekolah yang positif adalah
merupakan suatu norma, harapan dan kepercayaan dari personil-personil yang
terlibat dalam organisasi sekolah, yang dapat memberikan dorongan untuk bertindak
yang mengarah pada prestasi yang tinggi. Pimpinan sekolah memberikan
perlindungan dan pengayoman pada tenaga pengajar, sehingga mereka dapat
memfokuskan dirinya pada pengajaran. Para personil sekolah menghargai setiap
prestasi tenaga pengajar termasuk pencapaian sasaran minimal dan penilaian
terhadap semangat kerja tenaga pengajar.” Dalam atmosphere sekolah seperti itu,
guru sebagai poros perhatian anak didiknya baik langsung atau tidak langsung ,
guru merupakan patron yang digugu dan ditiru. Dalam kapasitas seperti itu,
seorang guru dalam interaksi dengan
siswanya harus mampu: menjadi teladan, Senantiasa bersikap bijak terhadap murid,
Tidak suka marah,Mampu memotivasi murid untuk belajar,Mampu merangsang murid
untuk berkreasi,Tidak pilih kasih,Memberikan perintah secara menyenangkan, Memberikan
teguran secara bijak, Suka memberi ide
dan masukan.mengawali hubungan/interaksi Paedagogiknya di dalam dan di luar
sekolah dengan siswa dengan bahasa cinta
dan mebuang jauh-jauh bahasa kekerasan dan intimidasi, siap sedia menempatkan
dirinya sebagai pelayan siswanya untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia
yang baik.
Di era tahun 1980 an ke
belakang guru menghukum murid dengan hukuman fisik itu biasa, sekarang guru
sudah bukan jamannya lagi untuk berlaku seperti itu, orientasi pendidikan sudah
berubah. Guru tetap diperkenankan memberikan sanksi kepada siswa namun
sanksinya tetap dalam konteks nilai-nilai kependidikan,keteladanan, dan
kemanusiaan. Dalam konteks dunia pendidikan masa kini, guru tetap diharapkan focus
untuk tetap menjadi pribadi yang bisa digugu dan ditiru dalam kondisi apapun.
Hanya insan guru yang memiliki basis intelektual yang memadai, akhlaq yang
tinggi dan memiliki kecapakapan penguasaan metodologi mengajar yang baik yang
dapat menghindarkan diri dari perlikau menyimpang, yang tidak bijak terhadap
anak didiknya,. Masyarakat dan siswa paham bahwa guru adalah manusia biasa,
bisa marah, bisa capek, bisa bosan, bisa khilaf ,bisa sedih dan gembira dan
hanya guru yang menguasai seni mengajar yang baik yang bisa menempatkan
kemarahannya pada tempat dan waktu yang tepat serta tetap focus dalam kerangka
menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dan kemanusiaan. Guru yang
kemarahannya atau perilaku sejenisnya
ditumpahkan disembarang tempat dan waktu yang tidak tepat terhadap para
siswanya justru akan kontra produktif dengan pribadi guru yang digugu dan
ditiru. Semoga ada manfaatnya.
Daftar Literatur:
Prof.Dr.Ir.Moedjirto,MSc,.Sokolah
Unggul Metodologi untuk meningkatkan Mutu Pendidikan, Duta Graha Pustaka,2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar