Rabu, 05 Oktober 2011

PERHATIAN GURU TERHADAP SISWANYA

PERHATIAN GURU TERHADAP PARA SISWANYA
Oleh: Ichwan P.Syamsuddin
Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa maju mundurnya sebuah bangsa adalah tergantung sungguh pada kerja guru. Jepang luluhlanta menerima serangan bom atom dari sekutu pimpinan Amerika,. Kaisar dan rakyat Jepang tidak meratapi secara berlebihan atas kejadian itu . Justru pertanyaan yang pertama muncul dari seorang Kaisar Jepang setelah musibah bom atom itu adalah “masih berapa banyak guru yang masih hidup ?.”Ternyata Jepang dengan kerja guru yang professional melahirkan sarjana dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga Jepang mampu bangkit dari keterpurukan dan mampu menguasai dunia lagi. Semua kehidupan selalu berawal dari guru. Dalam perkembangan pendidikan di suatu bangsa suatu hal yang tidak bisa dihindari bahwa hubungan yang solid,penuh makna antara guru, sekolah, orang tua dan masyarakat adalah ujung tombak dari penentu keberhasilan  pendidkan suatu Negara. Pendidik di sekolah, orang tua di rumah, masyarakat dan pemimpin bangsa untuk skala yang lebih luas adalah guru pada posisinya masing-masing. Sangat tidak adil bilamana suatu bangsa hanya mengandalkan kemajuan intelektual,akhlaq  anak didik diletakan pada tanggungjawab guru di sekolah saja.
Di sisi lain, masyarakat menuntut secara amat berlebihan pada para pejuang tanpa tanda jasa ini. Apabila ada seorang oknum guru yang melakukan penyimpangan, vonis masyarakat selalu lebih berat dibanding apabila penyimpangan tersebut dilakukan oleh oknum dari profesi lain. Padahal, guru adalah manusia biasa, yang tak luput dari kesalahan. Takdir sajalah yang menjadikan dirinya sebagai pendidik. Di tengah polemik yang tak berkesudahan itu, seorang guru dituntut untuk memiliki kelebihan­-kelebihan. Sebab, tugas dan tanggungjawabnya sebagai pencerdas bangsa jauh lebih berat dibanding tahun­tahun yang sudah berlalu. Seorang guru tidak cukup hanya memiliki kemampuan mengajar (didaktik), tetapi juga kemampuan lain agar selalu tidak kalah dengan pengetahuan yang dimiliki murid-muridnya.
Terkait perhatian guru terhadap siswa ada beberapa factor yang mempengaruhi kwalitas perhatian guru terhadap siswa antara lain sebagai berikut:
a).Ahlaq dan latar belakang keilmuan seorang guru,
     Di jaman sekarang ini profesi guru begitu banyak peminatnya, mereka yang berlatar belakang sarajana selain sarjana keguruan ramai-ramai ikut juga melamar di sekolah-negeri ataupun swasta untuk menjadi guru, bahkan kenyataan di msayrakat ada banyak lulusan SMU yang sedrajat ikut pula mengbadi menjadi guru. Kenyataan ini sah-sah saja, namun sebaliknya akan menjadi kontradiksi dengan semangat pemerintah untuk memberi nilai tambah atas profesi ini, misalnya lewat program sertifikasi guru. Di lain pihak telah disadari semua bahwa profesi guru adalah profesi yang langsung berhadapan dengan proses pelayanan memanusiakan manusia, artinya ketika manusia yang memanusiakan manusia ini tidak cukup memiliki latar belakang  keahlian dalam bidang Paedegogik,tidak memiliki kecapakan moral,tidak cukup memilki kecakapan intelektual, maka tidak mustahil guru tersebut dalam menjalankan tugasnya akan mengalami kesalahan, disorientasi nilai dan arah, akibatnya adalah komunikasi guru dengan siswa akan lebih dikembangkan pada komunikasi yang mengedepankan nilai-nilai material, nilai-nilai kekerasan, sehingga tidak heran bila ada fakta guru melakukan kekerasan terhadap siswanya, guru menjual nilai pada siswanya, ataupun sebaliknya siswa dan orang tuanya memukul guru dan lain sebagainya. Artinya guru yang memiliki latar belakang paedagogis yang memadai dan menguasai bidang tugas dan keilmuannya dengan mumpuni akan mampu melakukan tugasnya dengan baik dan terukur, demikian pula sebaliknya. Terkadang kekerasan dan disorientasi nilai /tugas  yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya juga karena pemahaman siapa sejatinya guru itu.
b).Perbedaan Penyebutan guru
Adalah factual di lingkungan sekolah saat ini ada beberapa jenis penyebutan guru, misalnya ada guru PNS, ada guru HONDA (honor Daerah), ada guru honor propinsi, ada guru kontrak, ada guru sukarela yang mendapat gaji berdasarkan kesukarelaan kepala sekolah untuk menggajinya sehingga tidak ditentukan berapa besar gaji dan waktu penerimaan gajinya, ada guru yayasan mendapat gaji dari yayasan, ada guru yayasan mendapat gaji dari yayasan serta mendapatkan tunjangan sertifikasi dari Negara, dan masih banyak lagi jenis penjenjangan penyebutan guru yang lainnya. Suka atau tidak suka bahwa perbedaan penyebutan ini disamping ada gap yang menganga dalam tingkat kesejahteraan antara para guru di atas, namun bukan itu yang ingin dikupas dalam tulisan ini, tetapi, bahwa efek samping dari penjenjangan di atas  telah memberi dampak psikologis pada guru yang bersangkutan misalnya :
1)      Di mata para siswanya guru yang bukan PNS adalah adalah guru kelas dua, sekalipun guru tersebut banyak diantara mereka secara akhlaq dan intelektual jauh lebih hebat dari guru PNS,
2)      Oleh Kepala sekolah dan guru-guru PNS di sekolah-sekolah tertentu di jadikan “sapi Perahan”dan “kuda tunggangan”.
3)      intensitas maupun kwalitas komunikasi guru tersebut dengan para siswanya dangkal dan kering makna
c).Kepemimpinan Kepala sekolah.
Dalam pengelolaan sekolah, peran kepala sekolah sangat menonjol. Bukti bahwa peran tersebut sangat kuat, hasil penelitian menunjukkan, bahwa keberadaan kepala sekolah yang baik, sangat besar sumbangannya terhadap sekolah unggul. Tidak pernah ada sekolah unggal, yang memiliki kepala sekolah yang bermutu rendah. Sekolah unggul pasti memiliki kepala sekolah yang bermutu tinggi. Sebaliknya, kepala. sekolah yang bermutu rendah, pasti tidak akan mampu menciptakan suatu sekolah yang unggul.

Dari hasil penelitiannya, Gibbons (1986) melaporkan bahwa school Improvement Program atau Program Perbaikan Sekolah (PPS) dilaksanakan di sekolah-sekolah negeri Columbus, Ohio, selama tahun ajaran 1982/1983. Tujuan PPS tersebut adalah untuk memperbaiki prestasi akademik para siswa, dalam berbagai keterampilan dasar, khususnya dalam membaca, pemahaman, dan matematika.
Prestasi sekolah-sekolah ini telah ditingkatkan, dengan jalan menerapkan faktor-faktor keefektifan sekolah yang dianggap penting. Faktor-faktor tersebut adalah dedikasi guru yang tinggi, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, harapan-­harapan bagi siswa dan guru, pemantauan yang kontinyu terhadap kemajuan siswa, iklim belajar yang positif, kesempatan yang cukup untuk belajar, pelibatan orang tua dan masyarakat dalam program sekolah.
Hasilnya menunjukkan, bahwa perubahan-perubahan siswa dalam prestasi lebih besar daripada yang diharapkan, dalam pemahaman, membaca, dan perkembangan dalam matematika yang pesat. Yaitu 25,8% lebih banyak siswa­- siswanya yang berada pada dan di atas grade level setelah program tersebut dilaksanakan. Ada uangkapan bahwa Ikan mengalami pembusukan dari bagian kepalanya, ungkapan ini bisa dimaknai bahwa kebobrokan suatu sekolah,tidak harmonisnya hubungan guru dengan Kepala sekolah, guru dengan guru, guru dengan siswa atau lingkungan di luar hal-hal tersebut adalah karena fungsi kepemimpinan dari sang Kepala sekolah yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
d).iklim sekolah
Perhatian guru terhadap siswanya bisa intens dan berkualitas baik hanya bisa tercapai dan terlaksana dengan baik bila para pihak yang berkompetan dalam sekolah tersebut menciptakan iklim sekolah yang kondusif untuk terlaksana hubungan antara berbagai komponen di sekolah tersebut berjalan.
Iklim sekolah yang positif, sebagaimana didefinisikan oleh Larsen (1987), merupakan suatu norma, harapan dan kepercayaan dari personil-personil yang terlibat dalam organisasi sekolah, yang dapat memberikan dorongan untuk bertindak yang mengarah pada prestasi siswa yang tinggi. Pimpinan sekolah memberikan perlindungan dan pengayoman pada tenaga pengajar, sehingga mereka dapat memfokuskan dirinya pada pengajaran. Para personil sekolah menghargai setiap prestasi tenaga pengajar termasuk pencapaian sasaran minimal dan periilaian terhadap semangat kerja tenaga pengajar. Menurut Effective School Consortia Network (ESCN, 1987), hubungan kerja yang akrab dapat ditemukan di antara pengajar, karyawan sekolah, dan di antara personil yang terlibat dalam organisasi sekolah. Suasana sekolah yang efektif di­rasakan, sebagai penuh rasa kekeluargaan, bersifat praktis, dan penuh kejujuran. Sekolah selalu beranggapan, bahwa lingkungan sekolah yang baik merupakan prioritas utama untuk mencapai kemajuan.

e).Peran Orang Tua Murid
            Pada era reformasi ini keinginan untuk memajukan dunia pendidikan begitu kuat. Sehnigga Pemerintah menempuh berbagai langkah stimulus sistematis –normatif lewat amandemen UUD 1945 yang mewajibkan pemerintah mengalokasi anggaran untuk dunia pendidikan sebesar 20 % dari alokasi APBN., Beberapa tindak lanjut dari itu ,Misalnya diantaranya adalah diwujudkannya Dana Bantuan Operasional Sekolah (dana BOS), Setifikasi Guru, dana bantuan siswa miskin,  dan sampai pada diberikannya kebijakan kepada pihak sekolah untuk membentuk Komite sekolah yang mana elemen utama dari komite sekolah ini adalah bersatunya unsure sekolah dan pihak orang tua siswa (masyarakat) untuk bermusyawarah merumuskan berbagai kebijakan dan harapan yang akan di capai oleh sekolah untuk setiap tahunnya. Sayangnya pelibatan masyarakat (ORTU) dalam mensukseskan dunia pendidikan ini tidak direspon dengan baik oleh pihak orang tua murid, artinya ketika sekolah mengundang orang tua murid untuk merumuskan kebijakan sekolah tidak banyak orang tua murid yang menghadirinya, dan tidak sedikit dari mereka mewakilkan kehadirannya kepada pembantunya, sopir anaknya, tentu kondisi ini ironis dari cita-cita UUD 1945, dan akhirnya program ini banyak di antaranya tidak berjalan dengan baik karena keterlibatan masyarakat sebagai pengontrol dan penyeimbang tidak terwujud, sehingga uang Komite, Dana BOS, dan dana-dana bantuan lainnya tidak terserap secara maksimal untuk mewujudkan peningkatan mutu pendidikan dan atau untuk intesnif para guru dan beberapa pemberitaan dari media massa menyebutkan bahwa sebagian dari dana itu dikorup oleh oknum Kepala sekolah dan pihak-pihak lain. Lebih dari pada itu forum Komite sekolah tidak juga bisa dimaksimalkan  fungsinya oleh pihak sekolah dan ORTU siswa  untuk mengkomunikasikan berbagai kendala dalam memajukan sekolah guna mendorong kedua belah pihak untuk bahu membahu dalam mengawasi dan memotivasi peserta didik guna tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Dalam ajaran Islam “guru utama” adalah Muhammad Rasulullah SAW, artinya ketika seseorang menjadi guru bagi para muridnya, maka pada saat yang sama yang bersangkutan sedang melaksanakan, mempraktekan ilmu yang didapdatnya dari guru utama, karena tugas seorang guru dalam pandangan Islam hanyalah sebagai pewaris,pelanjut dan penyampai ajaran yang dibawa oleh para nabi kepada para muridnya dalam konteks sebagai khalifah Allah di muka bumi.  Oleh karena itu alasannya, maka sebaik-baik guru adalah orang yang bukan hanya mampu menjadi guru bagi murid-muridnya, tetapi menjadi guru bagi dirinya sendiri., sehingga seorang guru pun pada dasarnya adalah manusia biasa hamba Allah  dan murid dari” Guru Utama”
Suasana lingkungan sekolah sudah semestinya mendukung terciptanya atmosphere yang kondusif untuk terlaksananya proses belajar mengajar yang menunjang terbentuknya perkembangan afektif,cognitf dan psikomotorik  yang baik dari para siswanya, sehingga siswa pada akhirnya tidak saja cerdas secara intelektual  tapi juga cerdas secara spiritual , tangguh dan tanggap secara moral. Larsen dalam Prof.Dr.Ir Moedjiarto,Msc menyebutkan bahwa: “lingkungan sekolah yang positif adalah merupakan suatu norma, harapan dan kepercayaan dari personil-personil yang terlibat dalam organisasi sekolah, yang dapat memberikan dorongan untuk bertindak yang mengarah pada prestasi yang tinggi. Pimpinan sekolah memberikan perlindungan dan pengayoman pada tenaga pengajar, sehingga mereka dapat memfokuskan dirinya pada pengajaran. Para personil sekolah menghargai setiap prestasi tenaga pengajar termasuk pencapaian sasaran minimal dan penilaian terhadap semangat kerja tenaga pengajar.” Dalam atmosphere sekolah seperti itu, guru sebagai poros perhatian anak didiknya baik langsung atau tidak langsung , guru merupakan patron yang digugu dan ditiru. Dalam kapasitas seperti itu, seorang guru dalam interaksi  dengan siswanya harus mampu: menjadi teladan, Senantiasa bersikap bijak terhadap murid, Tidak suka marah,Mampu memotivasi murid untuk belajar,Mampu merangsang murid untuk berkreasi,Tidak pilih kasih,Memberikan perintah secara menyenangkan, Memberikan teguran secara bijak, Suka memberi  ide dan masukan.mengawali hubungan/interaksi Paedagogiknya di dalam dan di luar sekolah  dengan siswa dengan bahasa cinta dan mebuang jauh-jauh bahasa kekerasan dan intimidasi, siap sedia menempatkan dirinya sebagai pelayan siswanya untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang baik.
Di era tahun 1980 an ke belakang guru menghukum murid dengan hukuman fisik itu biasa, sekarang guru sudah bukan jamannya lagi untuk berlaku seperti itu, orientasi pendidikan sudah berubah. Guru tetap diperkenankan memberikan sanksi kepada siswa namun sanksinya tetap dalam konteks nilai-nilai kependidikan,keteladanan, dan kemanusiaan. Dalam konteks dunia pendidikan masa kini, guru tetap diharapkan focus untuk tetap menjadi pribadi yang bisa digugu dan ditiru dalam kondisi apapun. Hanya insan guru yang memiliki basis intelektual yang memadai, akhlaq yang tinggi dan memiliki kecapakapan penguasaan metodologi mengajar yang baik yang dapat menghindarkan diri dari perlikau menyimpang, yang tidak bijak terhadap anak didiknya,. Masyarakat dan siswa paham bahwa guru adalah manusia biasa, bisa marah, bisa capek, bisa bosan, bisa khilaf ,bisa sedih dan gembira dan hanya guru yang menguasai seni mengajar yang baik yang bisa menempatkan kemarahannya pada tempat dan waktu yang tepat serta tetap focus dalam kerangka menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dan kemanusiaan. Guru yang kemarahannya atau perilaku sejenisnya   ditumpahkan disembarang tempat dan waktu yang tidak tepat terhadap para siswanya justru akan kontra produktif dengan pribadi guru yang digugu dan ditiru. Semoga ada  manfaatnya.
Daftar Literatur:
Prof.Dr.Ir.Moedjirto,MSc,.Sokolah Unggul Metodologi untuk meningkatkan Mutu Pendidikan, Duta Graha Pustaka,2001

Soejitno Irmim- Abdul Rochim., Menjadi Guru yang Bisa digugu dan ditiru, Seyma Media,2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar